Kamis, 31 Oktober 2013

Pertemuan Mahasiswa Tunanetra Tingkat Nasional

Tema: Generasi Muda Tunanetra Pemimpin Indonesia Masa Depan.
Jakarta, 29 Oktober. Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) untuk pertama kalinya menyelenggarakan pertemuan mahasiswa tunanetra tingkat nasional, bertempat di Hotel Sofyan Jakarta Pusat. Pertemuan berlangsung selama 2 hari, dihadiri oleh 40 mahasiswa tunanetra mewakili 12 propinsi, yang berasal dari 24 universitas baik negeri dan swasta di Indonesia.
Ke-12 propinsi tersebut adalah:
1. DKI JAKARTA
2. JAWA BARAT
3. JAWA TENGAH
4. DI YOGYAKARTA
5. JAWA TIMUR
6. BALI
7. LAMPUNG
8. SUMATERA BARAT
9. SUMATERA UTARA
10. KALIMANTAN SELATAN
11. SULAWESI SELATAN
12. SULAWESI UTARA

Perguruan tinggi yang terwakili adalah:
1. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2. UNIVERSITAS INDONESIA
3. UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
4. UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
5. UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA ((UNINUS) BANDUNG
6. UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG (UNISBA)
7. UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG
8. IAIN SURAKARTA
9. UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
10. UNIVERSITAS GAJAH MADA YOGYAKARTA
11. SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN MARTURIA YOGYAKARTA
12. UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
13. UNIVERSITAS NEGERI MALANG
14. UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
15. INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI (IHDN) BALI
16. UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG
17. IAIN IMAM BONJOL PADANG
18. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU)
19. UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA – MEDAN
20. STAI DARUSSALAM – MARTAPURA
21. UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT – BANJARMASIN
22. UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR
23. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
24. UNIVERSITAS NEGERI MANADO
25. Universitas Kristen Indonesia Tomohon, Manado.

Tujuan pertemuan ini adalah untuk memberikan pembekalan kepada mahasiswa tersebut dengan informasi tentang perkembangan gerakan disabilitas, baik di tingkat nasional, regional maupun global, mendorong mereka agar menyiapkan diri menjadi pemimpin, dan menumbuhkan kesadaran pada mereka akan pentingnya berorganisasi sebagai wahana perjuangan bersama. Pertemuan mahasiswa tunanetra ini dibuka oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo. Pada acara pembukaan, hadir pula dua tamu undagnan penting, yaitu, Larry Campbell, President emeritus of ICEVI (International Council of Education for People with Visual Impairment, yang juga memimpin program kampanye akses tunanetra ke pendidikan tinggi di wilayah ASEAN, dan Arnt Holte, Presiden World Blind Union WBU.
Penyelenggaraan pertemuan mahasiswa tunanetra ini disponsori oleh The Nippon Foundation (TNF) yang disalurkan melalui ICEVI, dan didukung oleh kementerian pendidikan dan Kebudayaan, serta Kementerian Pemuda dan Olahraga.
TNF bersama ICEVI, sejak tahun 2006 memberikan bantuan kepada Pertuni untuk meningkatkan akses tunanetra ke pendidikan tinggi, melalui program “higher education for students with visual impairment”. Program kampanye ini telah mendorong beberapa perguruan tinggi untuk tumbuh menjadi kampus inklusif, yaitu universitas Negeri Jakarta UNJ, Universitas Pendidikan Indonesia UPI, Universitas Negeri Surabaya Unesa, dan Universitas Islam negeri Sunan Kalijaga jogjakarta. Inisyatif ini kemudian juga diikuti oleh Universitas Brawijaya UB Malang. Di samping itu, gerakan kampanye ini juga berhasil meningkatkan jumlah tunanetra menempuh pendidikan tinggi sebanyak 30 %, dan berdampak pada akan diterbitkannya peraturan menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang pendidikan tinggi inklusif, yang akan mewajibkan perguruan tinggi menyediakan layanan khusus bagi mahasiswa penyandang disabilitas sebagai bagian dari layanan universitas.
Keberhasilan kampanye akses tunanetra ke pendidikan tinggi di Indonesia yang dikoordinatori Pertuni telah mendorong TNF dan ICEVI untuk memperluas cakupan kegiatan ini ke negara-negara lain di kawasan ASEAN, yaitu Filipina, Vietnam, Kambodia, bahkan juga Myanmar dan Laos.
Akselerasi akses tunanetra ke pendidikan tinggi dipandang sangat penting. Pertuni menyadari bahwa pendidikan tinggi merupakan salah satu wahana melahirkan calon pemimpin masa depan. Tunanetra yang telah menempuh pendidikan tinggi selanjutnya diharapkan menjadi agen-agen perubahan di masyarakat, termasuk melanjutkan perjuangan para senior yang selama ini telah dilakukan melalui organisasi Pertuni.
Sebelum Pertuni melakukan kampanye ini, organisasi ini mencatat di indonesia hanya ada 150 tunanetra menempuh pendidikan tinggi – hasil survei tahun 2005. Sejak Pertuni mengkampanyekan akses tunanetra ke pendidikan tinggi, secara bertahap telah terjadi peningkatan jumlah tunanetra berkuliah, dan universitas yang menerima tunanetra menempuh pendidikan tinggi.
Keberhasilan dan kemudahan tunanetra dalam menempuh pendidikan tinggi antara lain disebabkan adanya penggunaan alat bantu teknologi. Dalam kampanyenya, Pertuni meminta agar fasilitas khusus berbasis teknologi itu disediakan oleh universitas, sebagai bagian dari layanan kampus kepada mahasiswa. Di samping itu, kampus juga harus dibangun menjadi lingkungan yang ramah bagi mahasiswa penyandang disabilitas, baik secara fisik maupun sosial.
Sejak PBB melahirkan Convention on The Rights of Persons with Disability (CRPD) pada tahun 2006, dunia bergerak ke arah “disability inclusive development”, - pembangunan yang mengakomodasikan pemenuhan hak penyandang disabilitas secara terintegrasi. Sebagai anggota PBB dan bagian dari masyarakat dunia, pemerintah Indonesia juga telah meratifikasi CRPD tersebut dengan Undang-Undang nomor 19 tahun 2011, maka Indonesia pun harus menerapkan paradigma “disability inclusive development” di segala aspek pembangunan, termasuk pembangunan di bidang pendidikan tinggi dan pembinaan kepemudaan.
“Mahasiswa tunanetra mempunyai hak dan kewajiban yang sama seperti mahasiswa pada umumnya. Agar mahasiswa tunanetra dapat menikmati haknya dan sanggup melaksanakan kewajibannya dengan baik, mereka perlu mendapatkan "reasonable accommodation" sebagaimana dianjurkan oleh CRPD yang sudah diratifikasi oleh Indonesia”, ungkap Ketua Umum Pertuni dalam sambutannya pada acara pembukaan.
Langkah selanjutnya, setelah berhasil meningkatkan jumlah tunanetra menempuh pendidikan tinggi, Pertuni, yang selama 47 tahun memperjuangkan peningkatan kualitas hidup tunanetra di semua aspek kehidupan, memandang perlu untuk melibatkan lebih banyak generasi muda tunanetra dalam upaya advokasi yang dilakukan, termasuk advokasi di bidang akses ke pendidikan tinggi. Dan pertemuan mahasiswa tunanetra tingkat nasional yang pertama kali diadakan di Indonesia ini merupakan langkah pentingnya.
Sebagai organisasi kemasyarakatan, Pertuni sangat menyadari betapa pentingnya melakukan pembinaan generasi muda tunanetra, dan organisasi ini membidik para mahasiswa. Generasi muda tunanetra adalah calon pemimpin Indonesia masa depan. Olehkarenanya, Pertuni mengharapkan pembinaan generasi muda tunanetra juga menjadi bagian integral dari program kepemudaan yang berada di bawah tanggungjawab Kementerian Pemuda dan Olahraga. Melalui ajang ini, Pertuni memperkenalkan program pembinaan generasi muda tunanetra yang telah dilakukan selama ini kepada Kementerian Pemuda dan Olahraga, dengan harapan di masa mendatang, Pertuni dapat menjadi partner penting Kementerian ini dalam pengembangan program pembinaan generasi muda tunanetra.
Sejalan dengan itu, Larry Campbell Dalam sambutannya menyatakan: So this morning as we open this important conference I want to challenge each of you; my fellow speaks here on the platform, and you young people in the audience, to expand your thinking….think boldly, think creatively and think positively about what each and every one of us can do to continue to improve upon what you started here in Indonesia just seven years ago. As with any movement to secure access to basic human rights each of us must think beyond our own personal wishes and needs and focus our efforts on the greater good for all.
Selain Larry Campbell, pembicara penting lain yang dihadirkan untuk memotivasi peserta yang merupakan kader pemimpin tunanetra di Indonesia masa depan adalah Arnt Holte
Dalam pertemuan yang diselenggarakan selama dua hari ini, di samping mendapat informasi tentang perkembangan gerakan disabilitas baik di tingkat nasional, regional dan global, mahasiswa tunanetra juga berlatih untuk mengatasi pelbagai persoalan diskriminasi yang dihadapi tunanetra di Indonesia selama ini. Pelatihan ini disajikan dalam bentuk studi kasus dan permainan-permainan yang dapat menstimulasi semangat kepemimpinan pada diri mereka. Pertemuan mahasiswa tunanetra ini diharapkan dapat dilakukan secara rutin, dan menjadi cikal bakal lahirnya asosiasi mahasiswa tunanetra di Indonesia, sebagai salah satu wadah organisasi kepemudaan tunanetra.

Senin, 21 Oktober 2013

Tiger Air Mandala Menolak Penumpang Tunanetra

Tiger Air Mandala melanggar UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN, Pasal 134:
(1) Penyandang cacat, orang lanjut usia, anak-anak di bawah usia 12 (dua belas) tahun, dan/atau orang sakit berhak memperoleh pelayanan berupa perlakuan dan fasilitas khusus dari badan usaha angkutan udara niaga.
(2) Pelayanan berupa perlakuan dan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi:
a. pemberian prioritas tambahan tempat duduk;
b. penyediaan fasilitas kemudahan untuk naik ke dan turun dari pesawat udara;
c. penyediaan fasilitas untuk penyandang cacat selama berada di pesawat udara;
d. sarana bantu bagi orang sakit;
e. penyediaan fasilitas untuk anak-anak selama berada di pesawat udara;
f. tersedianya personel yang dapat berkomunikasi dengan penyandang cacat, lanjut usia, anak-anak, dan/atau orang sakit; dan
g. tersedianya buku petunjuk tentang keselamatan dan keamanan penerbangan bagi penumpang pesawat udara dan sarana lain yang dapat dimengerti oleh penyandang cacat, lanjut usia, dan orang sakit.
Pelangaran Tiger Air Mandala itu dilakukan terhadap penumpang tunanetra, Hendra JP. Berikut ini adalah kisah kejadiannya yang ditulis oleh Andira Pramatyasari.
Selamat siang, kali ini kasus penolakan tunanetra untuk bepergian dengan pesawat kembali terjadi. Namun, maskapai yang menolak terbilang baru. karena sebelumnya, saya belum pernah mendengar ada tunanetra yang menggunakan maskapai Tiger Air Mandala dan mengalami penolakan.
Hari ini (Senin, 21 Oktober 2013) Hendra JP, akan pergi menggunakan maskapai ini dari Bandung ke Singapura. Menurut informasi yang saya peroleh, baik melalui website maupun petugas call center, pihak tiger air mandala memang tidak menyediakan layanan khusus bagi tunanetra yang akan bepergian sendirian, misalnya menyediakan petugas yang akan mengantar penumpang dari check in counter hingga ke pesawat dan untuk turun dari pesawat. Menurut petugas call center, layanan ini tidak tersedia untuk penerbangan dari indonesia ke singapura dan sebaliknya karena keterbatasan jumlah petugas (ground staff). Namun, petugas call center menyatakan bahwa Ia akan tetap membuatkan laporan dan sebagai data manifest bahwa dalam penerbangan tersebut (TR2205) terdapat penumpang tunanetra yang akan bepergian sendiri. Petugas tersebut juga menyarankan agar penumpang yang bersangkutan bernegosiasi sendiri dengan petugas Tiger Air Mandala di bandara.
sekitar dua jam lalu (pukul 10.00 WIB), saya sempat membaca status facebook Hendra yang menyatakan bahwa "bagi teman2 tunanetra yg suatu saat akan terbang dengan tiger airways tak perlu kawatir, cukup ramah para petugasnya, hehe."
Bahkan, saya juga sempat berkomentar "wah, alhamdulillah. berarti ada pilihan airlines lain ya buat tunanetra. walaupun di website resminya tiger air mandala ngga memberikan fasilitas khusus untuk tunanetra, tapi ternyata petugasnya cukup ramah."
Setelah itu, saya mengira tidak akan ada masalah lagi karena penumpang sudah diperbolehkan check in.
Namun, sekitar pukul 11.30, saya kembali mendapat informasi bahwa Hendra ternyata tidak diperbolehkan pergi. Alasannya klasik, yaitu karena penumpang yang bersangkutan tidak membawa pendamping untuk bepergian.
Selanjutnya, Hendra sempat berbicara dengan Person In Charge (PIC) Tiger Air Mandala. Hendra mengatakan bahwa Ia sudah sering melakukan perjalanan dengan pesawat tanpa pendamping. Lagipula, jika pihak Tiger Air Mandala tidak mengizinkan tunanetra bepergian sendiri, mengapa penolakan tersebut tidak dilakukan sejak saat check in. Argumen-argumen lain juga sudah disampaikan, namun hasilnya tetap nihil dan saat ini Hendra terpaksa tidak dapat pergi ke Singapura.
Akhirnya, Saya diminta untuk memposting tulisan ini secepatnya. Semoga kita bisa kembali mengadvokasi kejadian ini agar kelak tunanetra dapat bebas bepergian sendiri dengan maskapai apapun sesuai pilihannya masing-masing.