Senin, 27 Desember 2010

Masih Ada Asa Dalam Gelap

Masih Ada Asa Dalam Gelap
Oleh Chrysanova Prashelly Dewi

Salam kenal untuk rekan-rekan pembaca semua, perkenalkan nama saya Chrysanova. Saya ingin bercerita sedikit tentang diri saya. Barangkali pengalaman saya ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan semua khususnya para tunanetra baru. Saya harap tulisan ini sedikit banyak dapat memotivasi saudara-saudara penyandang disabilitas terutama para tunanetra bahwa dunia ini luas. Selalu ada jalan untuk meraih tujuan kita dengan mengoptimalkan kreativitas yang diberikan Yang Mahakuasa kepada kita. Jangan merasa diri tidak berguna. Perasaan seperti itu adalah penyakit yang paling fatal melebihi penyakit apapun yang menyerang tubuh kita. Sayang kan kalau kita tidak melakukan apa-apa hanya karena penglihatan kita tidak berfungsi dengan baik? Jangan rendah diri begitu. Saya juga dulu merasa seolah dunia telah berakhir dengan berkurangnya penglihatan saya. Pernah pula saya marah dan memprotes jalannya kehidupan ini. Mengapa mesti saya yang mengalami ini? Pada masa-masa itu sering saya teringat dengan masa-masa dimana penglihatan saya masih normal. Tidak rela rasanya jika saya harus mengalami ini karena prestasi saya pada saat bersekolah dulu bisa dibilang cukup memuaskan. Rasanya semua itu sia-sia. Segalanya hilang dari tangan saya tanpa bisa dicegah. Namun pernah ada yang mengatakan bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Ketunanetraan yang menimpa saya dan jutaan manusia lain di dunia ini hanyalah bagian dari keanekaragaman yang mewarnai hidup manusia termasuk saya sendiri.

Kisah awalnya dimulai sekitar dua puluh satu tahun yang lalu. Saat itu saya terlahir ke dunia dengan kondisi kesehatan yang normal dan bahkan bisa dikatakan sangat baik sehingga tidak ada yang menduga bahwa saya akan mengalami apa yang saya alami sekarang ini. Hari-hari saya lewati sebagaimana lazimnya anak-anak. Bermain, belajar dan kegiatan lainnya diisi dengan keceriaan tanpa sedikitpun tampak tanda-tanda yang tidak wajar pada tubuh saya hingga menginjak usia tiga tahun. Saat itu saya mendadak lumpuh tanpa ada seorang pun yang mengetahui penyebabnya. Sejak itu orang tuaku mencoba segala macam cara untuk menyembuhkanku. Mereka membawaku ke mana-mana hingga dapat dikatakan bahwa seluruh rumah sakit di Bandung tempat tinggalku pada waktu itu tidak ada yang luput dari usaha orang tuaku untuk berobat. Tidak ketinggalan tempat-tempat praktek pengobatan alternative pun kami singgahi demi mendapatkan kembali kesehatanku. Berbulan-bulan sudah semua usaha itu dijalani tanpa ada perubahan.

Kami mulai mendapatkan titik terang ketika sebuah rumah sakit di Bandung mendiagnosis bahwa aku menderita hydrocephalus. Dokter yang menanganiku mengatakan bahwa jumlah cairan yang diproduksi oleh otakku meningkat hingga menekan otak itu sendiri. Jalan satu-satunya untuk memperbaiki kondisiku adalah mengurangi tekanan itu melalui operasi. Untuk mengurangi cairan yang berlebih tersebut tubuhku dipasangi selang di bagian kanan yang berfungsi menyalurkan kelebihan cairan dari otak ke ginjal agar dapat dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk urin. Tindakan itu berhasil membuatku kembali sehat sekalipun tidak sepenuhnya kembali seperti sediakala. Sisa-sisa kelumpuhan itu masih tampak hingga sekarang berupa gangguan keseimbangan tubuh. Bila diperhatikan ada sedikit perbedaan antara tubuh bagian kiri dan kananku. Syaraf yang mengatur tubuh bagian kananku tidak berfungsi sebaik bagian kiri tubuhku sehingga kini bila membaca menggunakan huruf Braille tangan kirilah yang digunakan karena dapat meraba dengan lebih akurat dibandingkan tangan kanan. Aku juga agak kesulitan untuk mendeteksi arah suara yang terdengar karena telinga kananku tidak berfungsi. Demikian pula dengan wajah dan rahang. Otot-otot wajah bagian kananku tidak bisa bergerak sempurna sehingga terlihat seperti para penderita stroke. Namun di luar semua itu tidak ada gangguan pada tubuhku, sesuatu yang sangat kusyukuri. Aku tetap dapat hidup normal seperti orang-orang lain di sekitarku.

Begitu pula ketika tumor yang masih mengendap di kepalaku kembali berulah ketika menginjak usia lima belas tahun. Rupanya sang tumor itu sendiri juga mengeluarkan cairannya sendiri yang mulai menyebar ke bagian lain kepalaku dan menekan syaraf yang mengatur penglihatan. Saat itu tubuhku kembali harus menerima selang yang kini dipasang di sisi satunya yaitu di sebelah kiri. Sejak itulah aku menderita gangguan penglihatan atau low vision. Dan itu masih tetap berlanjut hingga sekarang. Namun setelah mempelajari beberapa keterampilan yang diperuntukkan bagi tunanetra aku kembali dapat menjalani kehidupan dengan normal senormal yang mungkin terjadi dalam hidup. Dengan proses belajar yang terus-menerus bukan mustahil kita dapat meraih prestasi melebihi orang-orang lain. Sekali lagi bersemangatlah karena dengan semangat kita dapat melakukan segala sesuatunya dengan baik. Buat rekan-rekan tunanetra baru jangan berpikir bahwa dirimu tak berguna. Itu penyakit yang amat fatal melebihi penyakit apapun yang menyerang tubuh kita.

OK, begitulah pengalamanku. Aku cerita begini bukan karena narsis ya…Mungkin ada yang akan berpikir bahwa tidak sepantasnya aku menceritakan pengalamanku sendiri. Namun aku ingin memberikan semangat pada rekan-rekan penyandang disabilitas khususnya tunanetra bahwa dengan kreativitas kita dapat hidup mandiri dan berkarya sesuai kemampuan kita walaupun dengan cara yang sedikit berbeda dengan rekan yang tidak memiliki gangguan penglihatan. Apapun yang kita alami tidak akan dapat menghalangi cita-cita dan tujuan kita. Dan satu lagi yang paling penting kita harus selalu bersyukur atas apa yang dianugerahkan Yang Mahakuasa kepada kita karena bagiku syukur itu adalah pangkal dari semangat yang akan membawaa kesuksesan dalam segala bidang kehidupan. Ya, barangkali sekian dari saya. Semoga tulisan ini bermanfaat. Sampai ketemu lagi.

Salam

Kamis, 02 Desember 2010

Musda V Pertuni Daerah Kalimantan Selatan 28 Nopember 2010

Musda V Pertuni Daerah Kalimantan Selatan 28 Nopember 2010
Musyawarah Daerah (Musda) V Pertuni Daerah Kalimantan Selatan diselenggarakan di Banjarmasin pada tanggal 28 Nopember 2010.
Sdr. Agus Hidayat terpilih sebagai Ketua Pertuni Daerah Kalimantan Selatan masa bakti 2010-2015, sedangkan Sdr. Misrudin terpilih sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Daerah (Deperda) Pertuni Kalimantan Selatan masa bakti 2010-2015.

Senin, 08 November 2010

Musda V Pertuni Daerah Jawa Barat 31 Oktober – 1 Nopember 2010

Musda V Pertuni Daerah Jawa Barat 31 Oktober – 1 Nopember 2010

Musyawarah Daerah ke-5 Pertuni Daerah Jawa Barat dilaksanakan pada tangal 31 Oktober hingga 1 Nopember 2010 di Bandung.
Sdr. Putre Wiwoho terpilih sebagai Ketua Dewan Pengurus Daerah Jawa Barat, sedangkan Drs. Edwin Wiluyashirath terpilih sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Daerah Jawa Barat masa bakti 2010-2015.

Sabtu, 30 Oktober 2010

Indonesia Memenangkan Hadiah Utama Lomba Mengarang Esai Asia-Pasifik 2010

Indonesia Memenangkan Hadiah Utama Lomba Mengarang Esai Asia-Pasifik 2010

Diumumkan di Chiba, Jepang, dalam acara World Blind Union Asia-Pacific Mid-Term General Assembly, Indonesia memenangkan hadiah utama, Otsuki Prize, lomba mengarang esai Braille Onkyo 2010.
Lomba Mengarang Esei Braille Onkyo adalah Proyek yang disponsori oleh the Onkyo Corporation Ltd. Dan The Braille Mainichi Newspaper bekerjasama dengan World Blind Union Asia-Pacific). Lomba ini diselenggarakan setiap tahun sejak tahun 2003 bagi para tunanetra di negara-negara Asia-Pasifik kecuali Jepang, dan memperebutkan 7 hadiah yang terdiri dari 4 hadiah untuk Fine Works sebesar masing-masing 200 dollar AS, 2 hadiah untuk Excellent Works sebesar masing-masing 500 dollar, dan 1 hadiah utama (Otsuki Prize) sebesar 1000 dollar.
Pada tahun 2004 Indonesia memenangkan 1 hadiah untuk Excellent Works atas nama Wacih Kurnaesih dari Bandung, dan 1 hadiah untuk Fine Works atas nama Salim dari Surabaya.
Pada tahun 2005 Tri Bagio dari Bandung memenangkan hadiah untuk Fine Works, dan pada tahun 2009 Atung Yuniarto dari Surabaya. memenangkan hadiah untuk Excellent Works.
Pada tahun ini Otsuki Prize 1000$ dimenangkan oleh Jenni Heryani dari Medan dengan judul karangan Collecting the Pearl of Wisdom in Life (Menguntai Mutiara Kehidupan).
Deasy Tresnawati Sari Dewi dari Surabaya memenangkan hadiah Fine Works 200$ untuk kelompok umur di bawah 26 tahun untuk karangannya yang berjudul Braille in My Everyday Life (Braille dalam Kegiatan Sehari-hari).

Sabtu, 09 Oktober 2010

Penerimaan CPNS Kementerian Sosial RI Tahun 2010

Kementerian Sosial RI kembali membuka kesempatan untuk mengikuti test penerimaan CPNS tahun 2010. kesempatan ini juga terbuka bagi pelamar klangan disabilitas, dimana kementerian sosial selalu memberikan kuota untuk menerima CPNS dari kalangan penyandang disabilitas pada rekruimet setiap tahun.

berbeda dengan tahun sebelumnya dimana kuota hanya terbuka bagi formasi pendidikan SI pendidikan luar biasa, tahun 2008 hanya untuk SI bahasa inggris dan tahun 2007 SI Kesejahteraan Sosial, maka pada ini pelamar dari kalangan Tunanetra/Penyandang cacat disabilitas berkesempatan untuk dapat mengikuti seleksi pada semua formasi yang dibuka.

terkait jumlah kuota yang akan diterima dari pelamar penyandang disabilitas akan ditentukan kemudian berdasarkan jumlah pelemar yang mendaftar. namun demikian test nantinya akan dilakukan secara khusus antara sesama pelamar penyandang disabilitas (tidak bersaing dengan pelamar umum)

Lebih lanjut tentang ketentuan, persyaratan, formasi pelaksanaan seleksi, penggajuan lamaran dan lain-lain dapat dipelajari pada ketentuan-ketentuan terlampir.

Untuk download lampiran-lampiran silakan Enter pada link di bawah ini:
Penerimaan_CPNS_Kemensos.zip

Kamis, 16 September 2010

Turunkan Penumpang Tunanetra, Garuda Indonesia Didemo

----- Original Message -----
From: Fandy Dawenan
To: mitra-jaringan@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, September 15, 2010 5:42 PM

Dear friends, ini ada info dari kami di Makassar

Turunkan Penumpang Tunanetra, Garuda Indonesia Didemo
Rabu, 15 September 2010 - 11:07 wib
JAKARTA – Kantor maskapai penerbangan Garuda Indonesia di Jalan Slamet Riyadi, Kota Makassar, didatangi puluhan penyandang cacat tunanetra, Rabu (15/ 9/2010).

Aksi para tunanetra ini dilakukan buntut dari perlakuan maskapai milik pemerintah yang menurunkan seorang penumpang tunanetra bernama Irwan Subena pada Selasa 14 September pukul 12.15 Wita kemarin saat hendak terbang dari Makassar ke Denpasar.

Berdasarkan penuturan koordinator aksi, Abdurrahman, kala itu Irwan dipaksa turun oleh seorang pilot Garuda dengan nomor GA 607771 bernama Sumanto. Menurut Sumanto, orang tunanetra dilarang menaiki pesawat Garuda Indonesia.

“Pihak Garuda telah bersikap diskriminatif terhadap penyandang cacat dan tidak memahami Undang-Undang Penerbangan tahun 2009. Kami menuntut agar pilot Sumanto dipecat,” tegas Abdurrahman dalam orasinya.

Aksi puluhan orang yang tak bisa melihat dengan normal ini akhirnya mendapat tanggapan dari pihak Garuda. Melalui Kepala Cabang Makassar, Rismon, Garuda Indonesia meminta maaf.

“Atas kejadian ini kami memohon maaf. Kejadian tersebut disebabkan awak kabin kami yang keliru. Sekali lagi kami mohon maaf,” tandas Rismon.

Setelah mendengarkan pernyataan Rismon tersebut, para pendemo akhirnya membubarkan diri dengan tertib. Rencananya, mereka akan menyeret kasus ini ke lembaga hukum.

Rabu, 15 September 2010

PERNYATAAN SIKAP ATAS MENINGGALNYA SEORANG TUNANETRA

PERNYATAAN SIKAP
PERSATUAN TUNANETRA INDONESIA (PERTUNI)
ATAS TRAGEDI MENINGGALNYA SEORANG TUNANETRA
PADA ACARA OPPEN HOUSE PRESIDEN RI
DI ISTANA NEGARA, 10 SEPTEMBER 2010


1. Pertuni menyatakan turut berbela sungkawa atas meninggalnya Sdr. Joni Malela, pada pelaksanaan Open House Presiden RI di Istana Negara 10 Setember 2010. Semoga almarhum ditempatkan di tempat yang paling damai di sisi Tuhan, dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan.
2. Pertuni mengucapkan terima kasih dan menyampaikan apresiasi Kepada Presiden RI atas berkenannya menerima para Tunanetra untuk menghadiri Open House yang diselenggarakan.
3. Terlepas dari apa penyebab yang sesungguhnya dari meninggalnya Sdr. Joni Malela tersebut, Pertuni menyesalkan tragedi tersebut, dan kiranya hal ini tidak akan terulang dimasa mendatang.
4. Pertuni menghimbau kepada semua pihak agar kiranya peristiwa tersebut tidak diperbesar dan tidak dipolitisir untuk hal-hal yang mengarah pada kepentingan tertentu.
5. Dalam hal pelaksanaan Open House tahun mendatang, hendaknya pihak Istana dapat meningkatkan pengamanan bagi para peserta, terlebih bagi kalangan berkebutuhan khusus seperti Tunanetra.
6. Pertuni mengusulkan kepada Bapak Presiden RI agar pada pelaksanaan Open House selanjutnya, hendaknya tidak dibarengi dengan pemberian santunan dan semacamnya, yang dapat mengurangi makna silaturahmi dan melenceng dari makna Idul Fitri.
7. Apabila selaku Presiden RI bermaksud tetap melanjutkan pemberian santunan, Infaq, Sodaqoh, zakat dan semacamnya, Pertuni mengusulkan agar kiranya dapat dilakukan dengan cara yang elegan yang lebih menghormati martabat kalangan tunanetra. Dalam hal ini PERTUNI mengusulkan agar pelaksanaan pembagian tersebut dapat diserahkan pengelolaannya kepada lembaga ketunanetraan dengan tetap melakukan koordinasi dengan pihak Istana.
8. Jika bantuan tersebut berorientasi pada upaya peningkatan kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan secara lebih nyata, hendaknya kepedulian tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk penyediaan lapangan kerja dan kesempatan kerja bagi tunanetra.
9. Pertuni menghimbau kepada segenap Tunanetra agar tidak menodai makna silaturahmi di hari Idul Fitri dengan hal-hal yang bersifat materi dan charity, serta mengedepankan etika dan tetap menghargai Istana sebagai simbol Negara.

Jakarta, 17 september 2010

Persatuan Tunanetra Indonesia (PERTUNI)

DR. Didi Tarsidi, Ketua Umum

Sabtu, 31 Juli 2010

JADWAL PELATIHAN KOMPUTER DPP PERTUNI

A. DPD NTT
1. Pembukaan
Tanggal 02 Agustus 2010 Pkl. 09.00 s.d 11.00 WIB
Proses/Pelaksanaan Pelatihan : Pkl. 13.00 s.d …..
2. Penutupan
Tanggal 06 Agustus 2010 Pkl. 15.00 s.d …..
3. Tempat Pelaksanaan Pembukaan/Pelatihan:
Jalan Matahari No. 60 Kupang
Hotel Ledetadu Penfui Kupang
4. Jumlah Peserta: 42 Orang
Terdiri dari:
• Utusan Pengurus DPD, DPC Pertuni se-NTT
• Utusan Lembaga
• Utusan anggota, Guru, dan Kader


B. DPD Bali
1. Pembukaan
Tanggal 09 Agustus 2010 Pkl. 09.00 s.d 11.00 WIB
Proses/Pelaksanaan Pelatihan : Pkl. 13.00 s.d …..
2. Penutupan
Tanggal 13 Agustus 2010 Pkl. 15.00 s.d …..
3. Tempat Pelaksanaan Pembukaan:
Aula SLBN Denpasar Jl. Serma GedeNo. 11
Tempat Pelaksanaan pelatihan:
Renon Denpasar
4. Jumlah Peserta: 16 Orang
Terdiri dari:
• Utusan Pengurus DPD, DPC Pertuni se-Bali
• Utusan Lembaga
• Utusan anggota, dan Guru

C. DPD DI Yogyakarta
1. Upacara Pembukaan dan acara buka puasa bersama
Tanggal 16 Agustus 2010 Pkl. 19.00 s.d 21.00 WIB
2. Penutupan
Tanggal 20 Agustus 2010 Pkl. 15.00 s.d …..
3. Tempat Pelaksanaan Pembukaan/Pelatihan:
Hotel Satya Graha Jalan Veteran Yogyakarta
4. Jumlah Peserta: 16 Orang
Terdiri dari:
• Utusan Pengurus DPD, DPC Pertuni se-DI Yogyakarta
• Utusan Lembaga
• Utusan anggota, dan Guru

D. DPD Jawa TImur
1. Pembukaan
Tanggal 22 September 2010 Pkl. 09.00 s.d 11.00 WIB
Proses/Pelaksanaan Pelatihan : Pkl. 13.00 s.d …..
2. Penutupan
Tanggal 26 September 2010 Pkl. 15.00 s.d …..
3. Tempat Pelaksanaan Pembukaan/Pelatihan:
Aula BK3S
4. Jumlah Peserta: 30 Orang
Terdiri dari:
• Utusan Pengurus DPD, DPC Pertuni se-Surabaya
• Utusan Lembaga
• Utusan anggota, Guru, dan Kader

Selasa, 20 Juli 2010

Seminar Wirausaha Menuju Tunanetra Mandiri dan Sukses

Seminar Wirausaha Menuju Tunanetra Mandiri dan Sukses

Seminar diselenggarakan oleh Dewan Pengurus Pusat Pertuni pada Hari Selasa 20 Juli 2010 Jam . 09.00 s.d 16.00 di Gedung Badan Penelitian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Ruang Komisi Utama Lantai 3 Jl. M.H.Thamrin Kav.8 Jakarta Pusat.

Pembicara dan narasumber

Pembicara/narasumber yang menyampaikan materinya adalah :
1. Prof Dr. Suhardi (Dosen Fakultas Ekonomi UGM Yogyakarta)
2. Dr. Adi Sasono (Ketua Dewan Penasehat Dewan Koperasi Indonesia)
3. Dr. Hartojo Wignjowijoto (Ketua Lembaga Studi Kapasitas Nasional).
4. Bapak Bob Sadino (Pengusaha sukses dan pemilik Kemchik)

Peserta

Seminar dihadiri oleh lebih dari 100 orang tunanetra dan mitra bakti dari DKI, Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Bentuk kegiatan

Seminar dibagi ke dalam 2 sesi.
Sesi pertama berbentuk panel, menampilkan tiga orang pembicara, dengan topik “Sistem perekonomian yang dihadapi bangsa Indonesia merupakan tantangan bagi para tunanetra untuk hidup mandiri dan produktif “ sedang sesi kedua dengan satu orang narasumber utama (Bapak Bob Sadino), dengan topik “ Menuju wirausaha tunanetra sukses”

Senin, 12 Juli 2010

Dari NFB Convention 2010

Dari NFB Convention 2010

Tolhas Damanik, mitra-jaringan@yahoogroups.com, Sunday, July 11, 2010 8:19 PM

Hello Rekan, berikut lanjutan dari cerita dari arena NFB Convention 2010. O, iya, saat ini aku sudah kembali lagi ke Athens setelah menghadiri convention.

Secara garis besar, 5 hari kegiatan NFB Convention berisi pemaparan tentang berbagai issue yang menarik untuk dibahas sepanjang tahun, karena memang NFB Convention diselenggarakan setiap tahun. Banyak sekali pembicara menarik yang diundang dalam Convention ini. Diantaranya perwakilan dari Department of the National Education, perwakilan dari Presiden Obama, perwakilan dari Library of Congress, Perwakilan dari pembangun software seperti Adobi, tunanetra yang mengilhami pembuatan mobil accessible, perwakilan dari Humanware yang merupakan perusahaan partner NFB dalam tehnologi literasi, perwakilan dari guru siswa tunanetra, perwakilan dari perpustakaan-perpustakaan braille dan digital book, prwakilan dari perusahaan yang menerima tunanetra untuk bekerja, department tenaga kerja, dan sebagainya. Hampir semua pembicara yang hadir mewakili institusinya adalah direktur atau orang nomor satu dari tiap institusi. Inilah yang membuat kesan, bahwa posisi tawar NFB di US memang luar biasa. Kegiatan ini juga berkesempatan diliput secara life oleh CNN. Di ruangan yang lain, terdapat berbagai pameran seperti dari produser alat-alat ketunanetraan, serta dari perusahaan yang menjadi sponsor kegiatan. Beberapa stand yang saya kunjungi adalah stand NFB National Center, NFB student Center, Humanware, Freedom Scientific, Departemen hukum (saat itu membuka pameran untuk menjaring tenaga kerja tunanetra), departemen tenaga kerja, departemen pendidikan, dan sebagainya. Sayang pameran ini nggak dibuka sepanjang hari, sehingga tidak banyak waktu untuk bertanya pada penjaga pamerannya karena waktunya sangat terbatas. Setiap hari juga dilakukan pengundian doorprice, karena hampir tiap negara bagian dan juga sponsor menyediakan doorprice. Aku sendiri beruntung mendapatkan doorprice yang disediakan oleh negara bagian colorado. Doorprice nya memang luar biasa, dari uang sebesar USD 25 sampai USD 2500, paket perjalanan wisata ke Yunani dengan kapal pesiar, Braille display, Victor Reader Streem, HD Card, dan sebagainya. Pada malam terakhir juga dibacakan nama-nama penerima beasiswa dari NFB, yang jumlahnya ada sekitar 45 siswa. Siswa penerima bea siswa memang luar biasa, mereka ada yang kuliah di tehnik computer, astronomi, matematika dan statistik, fisika, hukum, musik, tehnik industri, pendidikan, dan sebagainya, yang rata-rata untuk program master dan Ph.D.

NFB Convention tidak bertujuan untuk memilih presiden. Aku kira presiden NFB sekarang (Dr. Marc Maurar) telah menjadi presiden hampir sekitar 15 tahun. NFB berpendapat, mereka tidak memerlukan untuk terus menerus berganti presiden, karena menurut mereka, posisi presiden tidak lebih dari posisi leader, sementara semua pekerjaan dapat dikerjakan secara bersama-sama. Tiap negara bagian memang memiliki paling sedikit 2 perwakilan di kepengurusan nasional NFB. Dr. Maurar ini memang orang yang cukup karismatik, dan kupikir wajar akhirnya dia tetap memimpin NFB sekian lamanya. Setiap dia tampil berbicara, semua orang terkesima mendengarkan dia, dan dia selalu mendapatkan sorak-sorai dan tepuk tangan hadirin. Dia cukup vokal dalam menyuarakan aspirasi tunanetra, tetapi juga sering diundang ke gedung putih oleh presiden, yang berarti dia punya hubungan baik dengan pemerintah. Aku berkesempatan bertemu dengan dia di sela-sela aktifitasnya memimpin sidang.

Pada satu setengah jam pidato penutupannya, Dr. Maurar kembali memberikan garis besar dari seluruh hasil convention. Dia banyak sekali melontarkan kritik pada berbagai fihak dalam pidato penutupannya, yang sering diiringi tepuk tangan dan sorak sorai hadirin. Beberapa hal yang menjadi kritik beliau adalah tentang pentingnya memperhatikan definisi blind kembali. Beliau menyoroti riset yang sering kali didasari oleh pandangan tentang ketunanetraan dari sudut keterbatasan fungsi, atau yang beliau sebut sebagai devisit model. Beliau mendorong penelitian tentang tunanetra didasari oleh pengoptimalan potensi dan kemampuan tunanetra di berbagai bidang. Beliau juga mengkritik keras tentang pandangan mengenai low vision. Menurut beliau, low vision hendaknya diberi kesempatan untuk memilih sendiri jati dirinya. Tidak ada orang yang bisa memberikan pilihan tentang bagaimana mereka harus hidup selain mereka sendiri. Itu sebabnya, Low vision juga harus mendapatkan layanan sama seperti tunanetra lainnya, supaya mereka tetap b isa memilih yang terbaik. Mereka juga harus diajarkan braille supaya mereka punya banyak pilihan pada literasi. Istilah legally blind menurut Dr. Maurar hanyalah mengesankan seolah-olah menjadi buta total adalah sebuah bencana. Masyarakat cenderung ingin melihat bahwa kondisi low vision adalah lebih baik daripada buta total. Padahal kondisi low vision sebenarnya psichologically mungkin lebih menyulitkan. Menurut Dr. Maurar, kebutaan adalah kebutaan, apapun kondisinya, dan semua anggota NFB tetap bangga menjadi seorang yang tunanetra. Kritik yang lain adalah mengenai para guru pengajar braille, menurut beliau, para guru tidak cukup hanya sekedar mengerti braille dan mengajarkannya pada siswa tunanetra. Para guru haruslah orang yang betul-betul mengerti braille dan terlatih, sehingga dia mampu mengajarkan braille pada semua siswa tunanetra, termasuk yang tunanetra ganda. Di US, terdapat test yang dapat mengukur kemampuan para tunanetra dalam membaca braille. Test ini disarankan diikuti oleh semua tunanetra untuk mengetahui kemampuan mereka menggunakan braille, ketika mereka masuk ke sekolah. Semua siswa hendaknya sudah mampu membaca dan menulis braille dengan baik pada kelas 3 sekolah dasar. Pada bagian lainnya, Dr. Maurar memberi garis besar pada upaya advokasi NFB pada kasus-kasus diskriminatif yang terjadi pada anggotanya. Salah satu kasus yang dibahas adalah tentang beberapa mahasiswa hukum yang tidak diperkenankan menngikuti ujian lisensi pengacara menggunakan screen reader. Fihak penyelenggara hanya memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengikuti ujian dengan pembaca. Dr. Maurar tidak melihat adanya alasan jelas mengapa panitia ujian tidak memberi kesempatan pada mereka untuk mengikuti ujian dengan screen reader. Dr. Maurar mengatakan bahwa NFB akan mengerahkan pengacara dari NFB, dan akan membuat para tunanetra memenangi kasus itu. Kemajuan di bidang tehnologi, melalui ditemukannya K NFB Reader Mobil, dan akan diluncurkannya mobil aksesible membuktikan, bahwa mimpi tunanetra adalah nyata. Dr. Maurar menekankan, tiadak ada kata tidak mungkin, jika semua orang mau bekerja keras untuk mewujudkan mimpi tersebut. Pidato Dr. Maurar ini memang luar biasa, hampir tiap 5 menit hadirin bertepuk tangan dan bersorak sorai, hingga pada akhir pidatonya, hadirin bertepuktangan panjang, berdiri, memberikan yel-yel NFB, NFB, NFB, dan menyanyikan lagu mars NFB... Pidato penutupan ini memang mencerminkan betul peran NFB sebagai advokator hak-hak tunanetra dan posisi tawar kuat NFB di US. saya sedang mencoba untuk mendapatkan dokumentasi pidato dari Dr. Maurar ini, karena menurut saya cukup bagus sekali. Tahun depan NFB Convention akan diselenggarakan di Ontario Canada. Mudah-mudahan saya bisa ikut lagi..hehe... tapi ya saya juga jadi ingin ikut sidangnya PERTUNI, soalnya belum pernah ikut ..haha...

Sisi lain dari NFB Convention adalah bagaimana kami di tiap negara bagian harus mengumpulkan dana untuk keperluan perjalanan ke Convention dan akomodasi sebelum kami berangkat ke Dallas. Di Ohio, kami menyelenggarakan penggalangan dana untuk tiap peserta yang akan berangkat. Dr. JW Smith, Presiden NFB Ohio mengkoordinatori penggalangan dana melalui pergelaran Jazz band beberapa waktu yang lalu. Bayangkan, saking semangatnya si professor ini mengirimkan utusan dari Ohio, pada saat acara beliau juga masih berkesempatan menjual coklat kepada peserta convention. Saya merasa Dr. Smith ini juga adalah pemimpin yang luar biasa. Dia tidak pernah memberikan perintah, tapi langsung bekerja. Di arena convention, dia berteriak-teriak menjajakan coklatnya..hehe....dan dari penjualan coklat selama convention, dia mendapatkan dana sebesar USD 400. Kami juga akan menyelenggarakan rapat pada november tahun ini untuk regional Ohio. Beberapa NFB member sedang mendekati saya untuk bisa memimpin NFB Chapter Athens. Mereka belum tahu kalau saya sudah selesai kuliah...hehe... lucu ya kalau warga US tidak menjadi pemimpin di wilayahnya sendiri, sama kalau PERTUNI presidennya diserahkan pada orang dari negara lain..haha...:)

Mudah-mudahan cerita ini bermanfaat bagi kita semua. Mudah-mudahan pertuni juga bisa menyelenggarakan rapat besar yang bisa dihadiri seluruh tunanetra se Indonesia..haha.... Kita tetap punya semangat sama seperti semangat peserta NFB COnvention, karena sebenarnya area kepedulian kita juga sama...

Salam
Tolhas Damanik

Selasa, 06 Juli 2010

Hasil Pertemuan dengan KOMNAS HAM tentang Sinetron 3 Mas Ketir

Hasil Pertemuan dengan KOMNAS HAM tentang Sinetron 3 Mas Ketir
Dikutip dari tulisan Rachmita MH, Mitra-Jaringan, Tuesday, July 06, 2010 1:16 PM

Pihak yang hadir :

Dari DPO :
PPCI _ Sdr Heppy
Gerkatin _ Sdr Afrizal
Pertuni _ Mahreta Maha
Sehjira _ Ibu Mitha, Revita dan Frenia (GEMPITA sebagai fasilitator/interpreter)
Portupencanak _ ibu-ibu perwakilan dari organisasi orang tua penyandang cacat ganda

Dari Global TV:
Ibu Betty dan Riza (Corporate Secretary)

Dari Multivision (Rumah Produksi 3 Mas Ketir)
Anjasmara (produsen pelaksana)
Maritia shamas (tim kreatif)

Dari Komnas Ham (Mediator):
Saharuddin Daming(Komisioner Komnas Ham)
Andri Wahyu (staf Mediasi)
Ibu Hidayah (Pemantauan)

Hasil :

Telah terjadi kesepakatan antara pihak-pihak untuk menyelesaikan dengan damai perselisihan yang terjadi terkait dengan penayangan sinetron 3 Mas Ketir sebagai berikut :
1. Sinetron 3 Mas Ketir telah stop tayang semenjak 8 Juni 2010.
2. Sebenarnya niat dari Multivision dalam pembuatan tayangan yang terkait dengan disabilitas adalah dengan niat baik untuk mengedukasi masyarakat, namun mereka menyadari kesalahan mereka dengan tidak melibatkan PENDI untuk berdiskusi terlebih dahulu dan untuk itu mereka meminta maaf karena telah menyinggung beberapa pihak.
3. Untuk kedepannya pihak Multivision akan berdiskusi terlebih dahulu apabila ingin memproduksi tayangan yang serupa.
4. Pihak Global TV juga telah meminta maaf, mereka sebenarnya termasuk televisi yang mendukung gerakan disabilitas ( TV yg turut memuat profil Bpk Saharudin Daming (Tuna Netra) sebagai Komisioner KOMNAS HAM)
5. DPO-DPO yang terkait telah menerima permohonan maaf dari Global TV dan Multivision untuk kemudian tidak akan memperkarakan hal ini ke pengadilan.

Sekian, mudah-mudahan menjadi pembelajaran untuk kita semua untuk lebih sensitif terhadap isu-isu yang terkait dengan kaum marjinal dalam kehidupan kita sehari-hari maupun di dalam pekerjaan kita.

Cheerz...^_^

Senin, 28 Juni 2010

Workshop Bimbingan Karir Pertuni Jawa Tengah

Workshop Bimbingan Karir Pertuni Jawa Tengah

mitra-jaringan - Monday, June 28, 2010 12:18 PM

Alhamdulillah, DPD PERTUNI Jateng yang didukung oleh DPP PERTUNI telah berhasil menyelesaikan workshop bimbingan karir sejak tanggal 25 -27 Juni 2010.

Acara yang diadakan di aula BLPT Semarang ini diikuti oleh 31 orang tunanetra usia sekolah menengah. Tujuan acara ini adalah membuka wawasan tunanetra usia pelajar untuk sekolah di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Ada pun fasilitator dalam acara ini adalah mbak Agung yang selain sebagai psykolog, juga tunanetra sehingga lebih mendekatkan pada alam pikiran tunanetra.Selain fasilitator utama yang juga seorang tunanetra, tokoh yang diundang untuk menceritakan kisah sukses perjalanan hidupnya pun tunanetra, yaitu mbak Aria dan pak Yanto. Mbak Aria sebagai seorang tunanetra asal Semarang yang sekarang menjadi staff Public Relation Yayasan Mitra Netra di Jakarta memunyai pengalaman hubungan internasional dalam kaitannya dengan Yayasan Mitra Netra sebagai tempat ia bekerja dan sebagai Ketua 3 DPP PERTUNI . Pak Yanto yang juga tunanetra, mempunyai kantor advokat di Bandung, Jakarta, dan Pulau Batam. Pak Yanto juga menjadi General Manager di 4 perusahaan di Pulau Batam.

Pikiran tunanetra yang pada umumnya hanya menjadi pemijat mulai terkuak dengan kehadiran para tokoh tunanetra itu. Hal ini terbukti dengan pengakuan Ayu, salah seorang tunanetra asal Kudus yang berkata kepada istri saya, bahwa ia ingin sekolah yang tinggi agar lebih cerah hidupnya.

Memang tidak mudah dalam usaha membuka pola pikir tunanetra yang selama ini telah kokoh tertanam dalam diri tunanetra dan masyarakat. Namun marilah kita berjuang bersama demi kemajuan tunanetra dan bangsa Indonesia kita.

Mr. Suryandaru, S.H.
ndarusurya@yahoo.co.id & ndarusurya@gmail.com
http://suryandar.blogspot.com
Mobile :+6281325885858

Selasa, 15 Juni 2010

Membangun Peradaban dengan Menghargai Perbedaan

Membangun Peradaban dengan Menghargai Perbedaan

Aria Indrawati - mitra-jaringan@yahoogroups.com, Tuesday, June 15, 2010 11:33 AM

Melalui kegiatan berkesenian,
UIN Sunan Kalijaga Mengalirkan Idiologi Inkllusi Di Jogja.

“Inklusi Dalam Seni Dan Budaya”, begitu tema yang dipilih, saat Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Jogjakarta mensyukuri dan merayakan tiga tahun berdirinya “Pusat Studi dan Layanan Difabel PSLD”. Berbagai jenis kesenian ditampilkan. Karawitan, pantomim, pembacaan puisi dan cerpen, tari serta band. Para pelakunya adalah seniman-seniman yang menyandang disabilitas bersama para sahabat yang bukan penyandang disabilitas. Begitulah cara universitas ini menggelorakan dan mengalirkan idiologi inklusi ke seluruh penjuru kampus dan sekitarnya. Acara diselenggarakan di halaman kampus timur, rabu 10 Juni. Pada kesempatan ini, UIN Jogja yang diwakili oleh rektornya, Prof Dr. Amin Abdullah, juga menandatangani perjanjian kerja sama dengan Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) yang diwakili oleh Ketua Umumnya Dr. Didi Tarsidi , untuk mempercepat pengembangan PSLD di universitas tersebut.

UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta adalah universitas pertama di Indonesia, yang dengan kesadaran dan inisyatifnya sendiri, merintis pusat layanan untuk mahasiswa penyandang disabilitas. Ini dapat terjadi karena universitas ini memiliki rector dan beberapa dosen-dosen muda, yang sekembali mereka dari belajar di luar negeri berupaya menumbuhkan semangat “inklusi” di almamater mereka. Telah banyak pejabat dan orang-orang terpelajar di negeri ini belajar dan bepergian ke luar negeri. Namun, tak banyak yang benar-benar mau mengaplikasikan apa yang mereka pelajari dan lihat dari manca Negara di Negara sendiri.

Apa yang mereka pelajari dan lihat di sana adalah bahwa, universitas menyediakan layanan khusus bagi mahasiswa yang berkebutuhan khusus, yaitu mereka yang menyandang disabilitas, apa pun jenisnya.

Pertuni mencatat sudah sejak tahun enampuluhan tunanetra di Indonesia mulai, dengan usaha keras mereka sendiri, menempuh studi di perguruan tinggi. Sebagian berhasil menyelesaikannya, dan sebagian lain tidak, berhenti di tengah jalan karena tak kuasa menembus tebalnya hambatan, yaitu belajar tanpa dukungan system layanan khusus; Bagi mereka yang berhasil, itu karena dukungan keluarga yang sangat baik atau, karena memiliki daya juang yang luar biasa, sehingga dengan kreativitas yang dimiliki, mereka berhasil menembus hambatan.

Idiologi inklusi dalam pendidikan yang memberikan hak dan kesempatan yang sama bagi para penyandang disabilitas untuk menempuh studi di sekolah umum dan perguruan tinggi masuk ke Indonesia pada tahun 1998

Di tingkat pendidikan dasar dan menengah, dorongan untuk menyediakan sarana dan layanan khusus bagi siswa penyandang disabilitas agar mereka dapat bersekolah di sekolah umum telah makin meningkat. Hal ini terjadi karena peran aktif organisasi non pemerintah baik dalam maupun luar negeri, yang secara bertubi-tubi memberikan dorongan, desakan serta bantuan baik dana maupun tenaga ahli agar Indonesia mulai membangun system pendidikan inklusi. Hasilnya pun mulai dirasakan, meski baru sangat sedikit.

Namun, Pertuni merasakan upaya peningkatan kualitas hidup tunanetra melalui pendidikan ini belum memberikan dampak yang berarti. Di samping karena jumlahnya pun belum ada peningkatan secara signifikan, juga karena gerakan mendorong peningkatan kualitas pendidikan ini baru di tataran pendidikan dasar dan menengah.

Olehkarenanya, melalui kerja sama dengan International Council of Education for People with Visual Impairment (ICEVI) dan The Nippon Foundation (TNF,), sejak tahun 2006 Pertuni mengkoordinatori gerakan kampanye kesadaran bertajuk “higher education for students with visual impairment”.

Setelah sebelumnya bekerja sama dengan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan Universitas Negeri Jakarta (UNJ), kali ini, organisasi kemasyarakatan tunanetra di Indonesia ini menjalin kerja sama dengan UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta.

Yang membedakan UIN Jogjakarta dengan ketiga universitas lainnya yang telah bekerja sama dengan Pertuni adalah, jika ketiga universitas tersebut baru memulai rintisan pusat layanan untuk mahasiswa tunanetra setelah mendapat dorongan dan stimulasi dari Pertuni, sedangkan UIN Jogjakarta telah memulainya atas inisyatif sendiri. Bersama Pertuni, setelah mengadakan pagelaran seni tersebut, PSLD UIN Sunan kalijaga akan menyusun panduan, bagaimana layanan di perguruan tinggi seharusnya mengakomodasikan kebutuhan khusus mahasiswa penyandang disabilitas melalui penyelenggaraan pusat layanan untuk mereka. Buku panduan ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi perguruan tinggi lain, baik negeri maupun swasta, agar entitaas pendidikan tinggi ini “lebih ramah” pada para penyandang disabilitas, dan memungkinkan mereka menjadi bagian dari proses belajar mengajar di sana.

Setelah mulai dengan pengembangan konsep, menghimpun masukan dari stake holder terkait serta menyiapkan alat-alat yang minimal dibutuhkan -- proses ini berlangsung selama kurang lebih dua tahun sejak tahun 2005, akhirnya, pada 2 Mei 2007, bertepatan dengan peringatan hari Pendidikan Nasional Hardiknas, UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta secara resmi melahirkan Pusat Studi dan Layanan Difabel (mahasiswa dengan disabilitas) – PSLD.

Kini PSLD telah berumur tiga tahun. Ia terus bergerak, mengalirkan semangat dan idiologi inklusi ke seluruh penjuru universitas; dewan senat perguruan tinggi, dosen, mahasiswa, staf administrasi, petugas keamanan, perpustakan serta masjid kampus. Berawal dari penyediaan alat-alat teknologi adaptif guna membantu tunanetra mengakses referensi dan informasi, Perlahan tapi pasti, semangat inklusi ini terus mengalir ke sudut kampus, hingga akhirnya ia menyatu dengan gerak, langkah, tarikan serta hembusan nafas, pikiran dan kata-kata.

Lahirnya idiologi inklusi, yang mempersepsi penyandang disabilitas sebagai bagian dari perbedaan, setara dengan perbedaan bangsa, ras, agama, suku, bahasa, serta gender, adalah tahapan penting dari perkembangan peradaban manusia. Dengan idiologi ini, penyandang disabilitas diakui keberadaanya, dihargai, dilindiungi serta dipenuhi segala kebutuhan khususnya; tak sebagaimana sebelumnya, mereka dipisahkan dari masyarakat, ada tapi dianggap tak ada, diabaikan dan distigmakan sebagai mahluk-mahluk yang tak berdaya.

Pertanyaan kita semua, berapa banyak universitas di negeri ini yang seperti UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta? Setelah berlonba-lomba menjadikan kampus mereka “berstandar internasional” yang antara lain ditandai dengan makin mahalnya biaya pendidikan tinggi, pernahkah mereka berpikir bahwa universitas yang berstandar internasional itu harus menyediakan fasilitas khusus bagi mahasiswa penyandang disabilitas?

Dengan mengaplikasikan idiologi inklusi di kampusnya, UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta telah menyatakan dirinya sebagai lembaga pendidikan, yang melahirkan generasi muda yang mengerti bagaimana menghargai perbedaan.

Dapatlah dimengerti jika didalilkan bahwa, tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa antara lain dapat diukur dengan “bagaimana masyarakat dan bangsa tersebut memperlakukan para penyandang disabilitas”,; diperlakukan secara adil atau diabaikan, atau bahkan didiskriminasikan?


Untuk keterangan lebih lanjut, silakan hubungi:
Pusat Studi dan Layanan Difabel PSLD UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta:
1. Ibu Andayani: 085228626333
2. Bapak Asep: 08159292272
Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni):
Aria Indrawati: 081511478478

Senin, 14 Juni 2010

Musda V Pertuni Daerah Bali 13-14 Juni 2010

Musyawarah Daerah ke-5 Pertuni Daerah Bali diselenggarakan di Denpasar pada tanggal 13-14 Juni 2010. Untuk masa bakti 2010-2015, I Gede Widiasa terpilih sebagai Ketua Dewan Pengurus (DPD) Pertuni Daerah Bali, dan Komang Apel Laksana Putra terpilih sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Daerah (Deperda).

Kamis, 27 Mei 2010

Beasiswa Dompet Dhuafa Republika bagi Mahasiswa Tunanetra yang Sedang Menyusun Skripsi

Dompet Dhuafa Republika, melalui DPP Pertuni, menawarkan beasiswa bagi mahasiswa tunanetra yang sedang menyusun skripsi.

Persyaratan:
1. Beragama Islam;
2. Fotokopi KTP;
3. Fotokopi Kartu Mahasiswa;
4. Fotokopi Kartu Keluarga;
5. Surat Keterangan Tidak Mampu Dari Kelurahan;
6. Bab I (Pendahuluan) skripsi;
7. Surat pernyataan dari kampus yang menyatakan mahasiswa ybs terdaftar dan sedang menyusun skripsi;
8. rincian biaya penyusunan skripsi;
9. Surat permohonan yang ditandatangani oleh pemohon dan diketahui oleh Ketua DPC atau DPD Pertuni setempat;

Berkas permohonan dikirimkan ke sekretariat DPP Pertuni:
Jl. Raya Bogor km.19, Ruko Blok Q No. 13-L, Kramat Jati, Jakarta Timur 13510

Rabu, 26 Mei 2010

Hasil Seleksi Nasional Lomba Mengarang Esai Braille Onkyo 2010

Tim Seleksi Nasional Lomba Mengarang Esai Braille Onkyo, yang disponsori oleh Onkyo Corporation dan The Braille Mainichi Newspaper, diselenggarakan oleh World Blind Union Asia Pacific, telah memilih lima esai terbaik di antara 13 esai yang masuk.

Kelima esai terbaik tingkat nasional tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan dikirim ke Panitia Seleksi tingkat Asia Pacific untuk diperlombakan dengan esai dari negara-negara lain. Hasilnya akan diumumkan pada bulan Nopember 2010.

Kelima esai terbaik tingkat nasional itu adalah sebagai berikut:

No.
Judul Karangan
Penulis
Grup

1
Menguntai Mutiara Kehidupan
Jenni Heryani
Group B

2
Melangkah Bersama Braille
Neni Siti Nuraini
Group A

3
Rahasia Simbol Masa Lampau
Atung Yunarto
Group B

4
Braille dalam Kegiatan Sehari-hari
Deasy Tresnawati Sari Dewi
Group A

5
Kesaksian Mantan Pencela Braille
Hardi Prayitno
Group B

Selasa, 25 Mei 2010

ANEKSI Edisi Juli-Desember 2009

Aneka Informasi Kegiatan Persatuan Tunanetra Indonesia
Edisi Juli-Desember 2009

Editor: Mahretta Maha, S.H., Wakil Sekretaris Jenderal DPP Pertuni

Dari Redaksi

Halo apa kabar teman-teman pembaca ANEKSI ?
Pertama-tama ijinkanlah kami, Redaksi ANEKSI penghaturkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya.
Permohonan maaf kami atas keterlambatan terbitnya ANEKSI pada tahun ini. Semoga kiranya keterlambatan kami ini dapat membuat teman-teman semakin menanti-nantikan edisi selanjutnya dari ANEKSI.

Pada edisi kali ini ANEKSI kita akan menampilkan kegiatan MUNAS ke 7 PERTUNI, HIPENCA 2009 dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang dilakukan teman-teman pengurus daerah dan cabang.
Terima kasih kami ucapkan bagi daerah dan cabang yang senantiasa mengirimkan laporan semesternya guna menambah Aneka dalam informasi kita.
Kami juga masih mengharapkan bagi teman-teman daerah dan cabang lainnya yang belujm mengirimkan laporan semester agar mengirimkannya ke DPP Pertuni.
Bagi teman-teman daerahdan cabang yang memiliki kegiatan yang sangat bermanfaat dan inovatif serta ingin dimuat didalam ANEKSI PERTUNI juga dapat mengirimkannya ke DPPP Pertuni.

Redaksi berharap agar kiranya isi dari ANEKSI kali ini dapat lebih memberikan inspirasi bagi kita dalam memperjuangkan hak-hak bagi tunanetra untuk menjalankan kehidupannya sebagai warga negara yang cerdas, mandiri dan produktif tanpa diskriminasi disegala aspek penghidupan.

I. MUNAS VII DPP PERTUNI

Pada tanggal 21-25 Juni 2009 DPP Pertuni telah berhasil mrnyrlrnggarkan Munasnya yang ke 7 di Asrama Haji Podok Gede selama 3 hari yang di buka oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla .
Dalam MUNAS yang dihadiri dari 21 DPD dan 130 DPC telah memilih kembali Sdr. DR. Didi Tarsidi, M.Pd sebagai Ketua Umunm Pertuni periode 2009-2014 dan Sdr. A. Joni Watimena sebagai Ketua Deperpus Pertuni masa bakti 2009-2014..
Untuk memberi pedoman kepada Pengurus Pertuni masa bakti 2009-2014 dalam upayanya mencapai tujuan organisasi, maka dalam Munas VII disusunlah Garis-garis Besar Program PERTUNI periode 2009-2014 yang mengacu pada visi dan misi PERTUNI yang meliputi bidang-bidang berikut :
1. Pendidikan dan Pemberdayaan
2. Aksesibilitas fasilitas publik
3. Aksesibilitas informasi, komunikasi dan teknologi
4. Aksesibilitas layanan publik
5. Perluasan kesempatan dan penciptaan lapangan kerja
6. Advokasi hukum
7. Kampanye kesadaran masyarakat
8. Pemberdayaan organisasi

Dalam menjalankan tugasnya lima tahun kedepan Ketua Umum dibantu oleh :
1. Ketua I, Mohamad Otje Soedioto, S.H.
2. Ketua II, Yakobus Tri Bagio, M.Pd.
3. Ketua III, Aria Indrawati, S.H.
4. Sekretaris Jenderal, Bayu Iwan Yulianto
5. Bendahara Umum, Yanto Pranoto, S.H.
6. Wakil Sekretaris Jenderal, Mahretta Maha, S.H.
7. Wakil Bendahara Umum, Permas Alamsyah

Dan para Ketua Departemen :
1. Ketua-ketua departemen di bawah koordinasi Ketua I:
a. Ketua Departemen Pemberdayaan Daerah dan Cabang, Furqon Hidayat, S.Pd.
b. Ketua Departemen Pemberdayaan Perempuan, Rina Prasarani
c. Ketua Departemen Perlindungan Hak-hak Hukum, DR. Saharudin Daming, M.H.
d. Ketua Departemen Kepemudaan, R. Ismail Prawira Kusumah, S.Sos.I.
e. Ketua Bidang Hubungan Masyarakat, Sri Barwati Hanifah,S.Pd.

2. Ketua-ketua Departemen di bawah Koordinasi Ketua II:
a. Ketua Departemen Pendidikan dan Rehabilitasi, Vina Ridhwan
b. Ketua Departemen Tenaga Kerja dan Wira-usaha, Dedi Mulia, S.Pi. M.Pd.


Untuk menjalankan tugas-tugas yang diemban oleh DEPERPUS Bapak Joni Watimena dibantu oleh :
1. Sekretaris merangkap anggota : Usup Supendi
2. Anggota : Drs. Edwin Wiluya Sirath
3. Anggota : Slamet Riyanto
4. Anggota : Edi Sunarya Kuswara
1.

II. Kegiatan DPP PERTUNI pasca MUNAS VII
PERTUNI mengunjungi CIKEAS
Pada tanggal 3 Juli 2009 Pertuni diterima oleh Presiden RI pada kesempatan audiensi dan silahturahmi di Puri Cikeas Bogor, Jawa Barat. Dalam kesempatan tersebut delagasi Pertuni yang berkekuatan sekitar 300 orang, melaporkan dan menyerahkan hasil MUNAS VII kepada Presiden melalui Ketua Umum. Dalam kesempatan tersebut pula Presiden RI menyampaikan apresiasi dan dukunganya terhadap Pertuni, berikut program kerja dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Dan diakhir acara Bapak Presiden berkenan berjabatan tangan dengan para tunanetra.

II. PELATIHAN KOMPUTER BICARA BAGI TUNANETRA

Diawal tahun 2010 ini DPP Pertuni telah berhasil menyelenggarakan Pelatihan Komputer Bicara bagi tunanetra selama 2 minggu (8-19 Maret 2010) untuk 2 angkatan dengan 15 peserta tiap angkatan dari wilayah Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Pelatihan ini diadakan di Sekretariat PERTUNI.

Diharapkan DPP PERTUNI dapat terus melaksanakan kegiatan ini dengan melibatkan daerah-daerah yang lain.

I. Kegiatan PERTUNI di Daerah

Berikut ini kami akan paparkan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh teman-teman PERTUNI didaerah berdasarkan semester yang telah dikirimkan ke DPP PERTUNI.
Kami harap kegiatan ini dapat memberikan motivasi kepada teman-teman daerah lainnya dalam mengupayakan visi dan Misi PERTUNI

DKI Jakarta

Pada bulan Juli 2009 Mendapat bantuan 1 unit printer braille dari Wapres Jusuf Kalla, sebelumnya telah menerima 1 unit PC Komputer Multimedia dan 1 unit Duxbury dari Wapres dan menerima bantuan tongkat putih dari Lions Club Indonesia. Kita ucapkan selamat kepada DPD PERTUNI DKI Jakarta

Prestasi yang luar biasapun diraih oleh PERTUNI DKI Jakarta pada tahun 2009, dengan dipercayanya menjadi Ketua Peringatan HIPENCA tingkat Propinsi DKI Jakarta yang Acara Puncaknya diadakan di TMII yang dihadiri oleh Menteri Soasial RI dan Gubernur DKI Jakarta. Pada acara ini pula dibagikan 1000 paket bantuan natura/sembako kepada para penyandang cacat sewilayah DKI Jakarta.
Berbagai kegiatan HIPENCA al :
- Sosialisasi Perundang-undangan Penca
- Dialog interaktif melalui media
- Aksi Damai

Dibidang kerohaniaanpun DPD PERTUNI DKI Jakarta pada tahun ini melakukan :
- Mengadakan pesantren ramadhan tunanetra pada tanggal 4-6 nop 2009 yang dibuka oleh Kasubdit Yanrehsos Dinas Sosial Prop. Dki Jakarta.
- Mencetak buku Hadist Arbain dalam huruf braille.
- Menyelenggarakan amal sosial Ramadhan dengan membagikan bingkisan kepada 200 orang anggota PERTUNI dari 5 wilayah bekerjasama dengan Yayasan Kartika Destarata.

Dibidang Pendidikan DPD Pertuni DKI Jakarta melanjutkan pemberian beasiswa yang berasal dari British Petroleum (BP) kepada 25 orang putra putri keluarga tunanetra.









DPD PERTUNI Sumatera Utara

DPD Pertuni Sumatera Utara pada tahun ini berhasil mengadakan pelatihan kursus ilmu Alqur’an dan tafsirnya dikalangan tunanetra bekerjasama dengan Badan Amil Zakat daerah Sumatera Utara (BAZDA) dan berhasil mendaftarkan 12 orang anggotanya menjadi anggota perpustakaan SUMUT dan difasilitasi Bapak Kepala perpustakaan secara gratis.
Telah melaksanakan Musda ke VI pada tanggal 25-27 April 2010 dengan Ketua DPD terpilih masa bakti 2010-2015 Sdr. Chairul dan Ketua Depercab terpilih masa bakti 2010-2015 Sdr. Abdul Rahman Rambe.


DPD Pertuni DIY

Telah melaksanakan Musda pada tanggal 24-25 April 2010 dengan Ketua DPD terpilih masa bakti 2010-2015 Sdr. Sardi dan Ketua Deperda terpilih masa bakti 2010-2015 Sdr. Ahmad Sholeh, M.Si.


DPD PERTUNI Lampung

Pada Tahun ini DPD PERTUNI Lampung telah melaksanakan Musda ke V pada tanggal 23 Desember 2009 yang diikuti 72 orang peserta. Terpilih Ketua DPD PERTUNI Propinsi Lampung masa bakti 2009-2014 Sdr. Ridwan Efendi dan Ketua Deperda Sdr. Jono dan disertai perpindahan Sekretariat DPD Pertuni Lampung ke Jl. Teuku Umar Gg. Balau/Tunggul Ametung No. 25 Kedaton Bandar lampung.


DPD PERTUNI Sumatera Selatan

Pada Tahun ini DPD PERTUNI Sumatera Selatan telah melaksanakan Musda ke V pada tanggal 28 Desember 2009. Terpilih Ketua DPD PERTUNI Propinsi Sumatera Selatan masa bakti 2009-2014 Sdr. Muchtar S.Sos dan Ketua DEPERDA terpilih Sdr. Ahmad Sopan Amilin untuk masa bakti 2009-2014.

DPC PERTUNI Tabanan

Pada tanggal 25-26 April 2009 menyelenggarakan seminar Self Development Training “ Kecerdasan emosi dalam membangun sikap kerja positif bagi penyandang cacat netra” di Hotel Tabanan, Bali. Dengan menghadirkan pembicara Utama Gede Pratama

DPC PERTUNI Kab. Badung

Menerima kunjungan dari Ibu-ibu Gatriwara Kab.Badung dalam rangka menyambut HIPENCA dalam kunjungannya beliau menyerahkan bantuan sembako.

DPC PERTUNI Kab. Ende

Bertambah lagi 1 (satu) cabang PERTUNI di Propinsi NTT, pada tanggal 27 Mei 2009 telah dibentuk DPC Pertuni Kab. Ende dengan Ketua Hendrikus Wela Jala dan pada tanggal 20 April 2010 telah mengadakan Muscab Pertamanya.
Walaupun Cabang ini baru terbentuk, akan tetapi mereka sudah dapat melaksanakan berbagai kegiatan untuk menambah skill dari para anggotanya yaitu dengan mengadakan pelatihan ketrampilan diantaranya : ketrampilan tali rafia, pelatihan pengisian tanah, pembibitan cengkeh dan coklat, pembuatan batako.

DPC PERTUNI Kab. Buleleng.

Untuk Cabang Buleleng pada tahun ini PERTUNI berhasil menjadi narasumber dalam talkk show di RRI dan Radio Guntur Singarajya sebagai narasumber.


DPD PERTUNI yang baru terbentuk :

Pada awal kepengurusan masa bakti 2009-2014 Ketua Umum PERTUNI telah mengeluarkan 3 buah SK Pembentukan PERTUNI yang baru yaitu:

- Pembentukan PERTUNI BENGKULU dengan Penjabat Ketua Sdr. Heri Yanto pada tanggal 1 Oktober 2009.
- Pembentukan PERTUNI KEPULAUAN RIAU dengan Penjabat Ketua Sdr. Zulfahmi, S.Pd pada tanggal 16 Nopember 2009.
- Pembentukan PERTUNI Propinsi GORONTALO dengan Penjabat Ketua Sdr. Iskandar Mokoginta, S.Pd pada tanggal 21 Januari 2010.
Selamat kepada Pertuni daerah-daerah diatas, semoga dengan terbentuknya PERTUNI keberadaan tunanetra lebih diakui.

Koperasi Tunanetra PERTUNI

Selain dibidang advokasi PERTUNI juga ikut membantu para anggotanya dalam bidang kesejahteraan, ini terbukti dengan adanya beberapa PERTUNI Cabang dan Daerah yang telah mempunyai Koperasi diantaranya : DPD Pertuni Sumatera Selatan dan DPC Pertuni Kab. Tasikmalaya dan DPC Pertuni Jakarta Barat..

DPC Pertuni yang mengadakan Muscab :

1. DPC Pertuni Kab. Garut bulan Agustus 2009 dengan Ketua DPC terpilih Sdr. Akmala Hadita dan Ketua Depercab Dedi.
2. DPC Pertuni Kab. Muna pada tanggal 20 Agustustus 2009………
3. DPC Pertuni Kab. Minahasa pada tanggal 14-16 Oktober 2009……..
4. DPC Pertuni Kab. Majalengka pada tanggal 24 Oktober 2009 dengan Ketua DPC terpilih Sdr. Ratna Vimolo Lembodo dan Ketua Depercab Sdr. Lili Wasli.
5. DPC Pertuni Kab. Bolaang Mongondow Muscab II tanggal 20 februari 2010 dengan Ketua DPC Terpilih Sdr. Iskandar Momintan dan Ketua Depercab terpilih Sdr. Jakson Gobel masa bakti 2010 s/d 2015
6. DPC Pertuni Kota Kotamobagu Muscab II tanggal 20 Februari 2010 dengan Ketua DPC terpilih Sdr. Djulkifly Umbolah dan Ketua Depercab Sdr. Dano Rampan masa bakti 2010 s/d 2015
7. DPC Pertuni Kab.Deli Serdang pada tanggal 28 Nopember 2009 dengan Ketua DPC terpilih Sdr. Jerhat Saragih dan Ketua Depercab Sdr. Robin Napitupulu.
8. DPC Pertuni Kota Palembang pada tanggal 12 April 2010………
9. DPC Pertuni Kota Cimahi tanggal 14 Februari 2010 Ketua DPC terpilih Sdr. Arisno, S.Pd dan Ketua Depercab Sdr. Sarifudin, Sag.
10. DPC Pertuni Kab. Ende tanggal 20 April 2010.

Kamis, 20 Mei 2010

Musda III Pertuni Aceh 16-17 Mei 2010

Musyawarah Daerah (Musda) III Pertuni Aceh diselenggarakan pada tangal 16-17 Mei 2010 di Banda Aceh.
Untuk Dewan Pengurus Daerah masa bakti 2010-2015, terpilih sebagai Ketua DPD adalah Sdr. Sardi Nurdin, dan Sdr. Sardi terpilih sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Daerah (Deperda).

Kamis, 06 Mei 2010

KY Harus Periksa Hakim yang Vonis Pasutri Buta

KY Harus Periksa Hakim yang Vonis Pasutri Buta

Harian Sumut Pos, 10:54 | Monday, 3 May 2010

MEDAN - Perjalanan hidup pasangan suami istri (Pasutri) penderita tunanetra M Nuh (46) dan Warsiah (45) memancing perhatian banyak pihak. Setelah Menteri
Hukum dan HAM, Patrialis Akbar menyatakan prihatin mengetahui keduanya dipaksa mengaku memiliki ganja 10 kilogram lalu dihukum maksimal di PN Rantau Prapat,
awal 2008 lalu.

Setelah Patrialis Akbar mengungkap dugaan keterlibatan mafia hukum yang mengakibatkan M Nuh dihukum penjara 18 tahun dan Warsiah 15 tahun, mendadak kasus
ini mencuat ke permukaan. Sejumlah pihak meminta majelis hakim, jaksa serta polisi penyidik yang menangani kasus kepemilikan ganja pasutri ini segera diperiksa.

Praktisi hukum Muslim Muis Harahap SH menyatakan, ada sesuatu yang tidak konsisten dalam memutuskan pasutri ini bersalah atau tidak. Faktanya yang menyebut
keduanya buta sejak lahir lalu dihukum masing-masing 18 tahun dan 15 tahun, tidak masuk di logika hukum.

“Hakim sebagai wakil Tuhan di dunia dan memutus perkara ini serasa tidak melihat hal yang meringankan. Orang normal saja diketahui memiliki narkoba bisa
divonis bebas, kini ada pasutri tuna netra dituntut maksimal,” sesal Muslim.

Muis menanyakan, “Di mana logikanya seorang buta menyimpan ganja 10 Kg, uuntuk apa dan bila di jual pun orang buta ini kesulitan menjualnya,” ucapnya.

Lebih lanjut, dia menyebutkan persoalan seperti ini yang menunjukkan kredibilitas pengadilan dipertanyakan, termasuk hakim dan jaksanya. “Tampaknya Ini
tahun kegagalan hukum di Sumut. Kami minta keputusan ini di eksaminasi oleh komisi yudisial (KY),” tegasnya.

Seperti diberitakan, Menkum HAM RI Patrialias Akbar mengunjungi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Tanjung Gusta, Medan Jumat (30/4) lalu. Di LP itu, Patrialias
Akbar menemukan pasangan suami istri yang mengaku tidak bersalah malah dihukum total 33 tahun karena memiliki 10 kg ganja di rumah mereka. “Padahal sampai
sekarang saya tidak tahu bentuk ganja dan seperti apa ganja itu,” ujar M Nuh di depan Patrialis Akbar.

Kepada Patrialis Akbar, M Nuh mengaku ditampar penyidik Polres Labuhan Batu sampai dua kali agar mau menandatangani Berita Acara Pemeriksaan (BAP). M Nuh
diminta mengakui bahwa ganja seberat 10 Kg tersebut adalah miliknya sendiri. Ayah tiga anak yang masih bersekolah ini menyebutkan, menurut polisi, ganja
itu dikmas dalam 10 bungkus dan dimasukkan dalam kotak mie instan dan diletakkan di atas lemari.
“Saya tahunya ada ganja di rumah saya itu, ketika dua orang polisi dari Polres Labuhan Batu datang ke rumah. Di situlah saya diminta mengaku dengan ditampar
dua kali untuk mengakui bahwa ganja ini milik saya, dan saya diminta tandatangan,” paparnya.

Di persidangan PN Rantau Prapat, kata M Nuh, Jaksa Penuntut Umum (JPU), Parada Situmorang SH meminta mereka mengakui sebagai pemilik ganja itu. Bahkan di
persidangan, majelis hakim juga meminta mereka mengakuinya. “Saya minta tolong kepada Pak Menteri supaya saya dibebaskan,” katanya waktu itu.
Patrialis kemudian berjanji untuk membawa masalah ini ke presiden, Kejaksaan Agung, Mahkamah Agung dan Kapolri. “Putusan ini akan menjadi bahannya dalam
pertemuan dengan unsur penegak hukum di Jakarta,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Lapas Tanjung Gusta Kelas I Medan, Samuel Purba mengatakan, bahwa pasutri ini sesuai rekomendasi Menkumham, diberikan fasilitas khusus
untuk tahanan ini. “Sesuai permintaan pak Menkumham kami akan siapkan fasilitas khusus,” tegasnya.

Adapun fasilitas yang akan diberikan, mulai tempat dan makanannya juga akan diberikan secara khusus terhadap napi pasutri Tuna Netra yang merupakan napi
titipan dari lapas Rantau Prapat. (ril)

Sumber:
http://www.hariansumutpos.com/2010/05/ky-harus-periksa-hakim-yang-vonis-pasutri-buta.html

Sabtu, 01 Mei 2010

Seminar Pijat Asia Pasifik di Korea

The “10th WBU Asia Pacific Regional Seminar on Massage” diselenggarakan pada tanggal 3-6 Mei 2010 di Seoul Olympic Parktel di Seoul, Korea Selatan. Ini merupakan ajang konferensi besar bagi para profesional pengajar pijat, operator klinik pijat dan praktisi pijat tunanetra. Konferensi ini akan membahas dan bertukar gagasan tentang teori dan teknik pijat baru, dan perkembangan baru dalam aplikasi pelatihan dan penempatan kerja bagi tunanetra dalam bidang pijat.
Tuan rumah penyelenggara seminar pijat kali ini adalah the Korea Blind Union.
Partisipasi Indonesia dalam seminar tersebut diwakili oleh Tri Bagio, M.Pd., Ketua II Pertuni, didampingi oleh Dedi Simanjuntak, anggota mitra bakti Pertuni, disponsori oleh Nippon Foundation.

Jumat, 30 April 2010

Musda VI Pertuni Sumatra Utara 26-27 April 2010

Musyawarah Daerah VI Pertuni Sumatra Utara diselenggarakan di Medan pada tanggal 26-27 April 2010.
Terpilih sebagai Ketua Dewan Pengurus Daerah masa bakti 2010-2015 adalah Sdr. Khairul Batubara, sedangkan Sdr. Abdul Rahman terpilih sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Daerah.

Sudahkah Sistem Pendidikan Nasional Memprioritaskan Anak Penyandang Disabilitas?

Renungan untuk Hari Pendidikan Nasional
Oleh Aria Indrawati – Mitra-Jaringan, 30 April 2010

Namanya Balqiz balika Utami, biasa dipanggil
Balqiz.
Gadis cilik berusia 4 tahun, kembaran dari Alifah Aishah Utami . Tak seperti saudara kembarnya, Balkiz mengalami kebutaan karena ROP – Retinopathy Of Prematurity; pembentukan retina yang tidak sempurna akibat kelahiran premature. Lebih dari dua tahun aku tidak bertemu dengannya. Terakhir kali ia berumur sekitar 13 bulan dan baru belajar berjalan. Saat ini Balqiz telah tumbuh menjadi anak yang cerdas, mampu merespond situasi di sekitarnya dengan baik dan sangat percaya diri, luar biasa. Itu semua buah dari sikap dan perlakuan orang tua yang juga luar biasa.

Primaningrum, Ibunda Balqiz, juga sama dengan ibiu-ibu yang lain pada awalnya. Saat mengetahui satu dari dua anak kembarnya mengalami kebutaan akibat kelahiran premature, merasa sedih, dan bingun, bagaimana masa depan si bayi yang tak berpenglihatan ini kelak. Kebingungannya menjadi bertambah saat tidak tersedianya informasi yang dapat diperoleh dengan mudah tentang bagaimana mengasuh bayi yang tidak berpenglihatan; bagaimana mengajarinya berjalan, memperkenalkan benda-benda di sekitarnya, bagaimana pendidikannya, dan lain sebagainya.

Namun, ibu dari anak kembar ini akhirnya berhasil melewati masa kritisnya, dapat menumbuhkan sikap positif tentang anak tunanetranya pada dirinya, bahwa kehadiran Balqiz di tengah keluarga merupakan karunia tak terhingga, dan kemudian secara perlahan tapi pasti mulai belajar bagaimana menjadi ibu yang baik untuk Balqiz. Berbekal sikap positif inilah Primaningrum kemudian “mencari informasi”, dan internet menjadi solusi untuknya. Namun, berapa banyak Ibu yang seperti ini di Indonesia? Sebuah pertanyaan besar.

Kini sudah tiba waktunya Balqiz memasuki taman kanak-kanak -- TK, setelah selama dua tahun – sejak usia 26 bulan hingga kini -- menjalani tahap persiapan – pendidikan anak usia dini – di SLB Dwituna Rawinala, SLB yang seharusnya diperuntukan anak-anak dengan disabilitas ganda atau bahkan multi disabilitas.

Secara intelektual Balqiz tak bermasalah. Itu sebabnya, baik Rawinala maupun Mitra Netra – lembaga yang menyediakan layanan pendidikan untuk siswa tunanetra, yang selama ini mendampingi Balqiz dan orang tuanya, menyarankan agar Balqiz masuk ke TK umum, bukan TK luar biasa yang hanya khusus untuk anak dengan disabilitas. Dan, pilihan sekolah yang paling tepat adalah yang terletak tidak jauh dari rumahnya (home school). Begitulah filosofi “pendidikan inklusif”; setiap anak, termasuk anak-anak dengan disabilitas seperti Balqiz, memiliki hak untuk “memilih” bersekolah di sekolah umum, yang letaknya tak jauh dari rumah mereka, dan system pendidikan seharusnya didesain agar dapat mengakomodasikan kebutuhan anak-anak dengan disabilitas seperti Balqiz.


Berada disituasi seperti Indonesia saat ini, di saat system belum mendukung dan informasi sangat minim, butuh orang tua dengan kreatifitas dan ketegaran sungguh luar biasa, untuk dapat menyekolahkan anak dengan disabilitas seperti Balqiz ke TK umum, dan bukan TK luar biasa.

Ihtiar yang tidak mudah. Pendekatan ke beberapa TK pun mulai dilakukan, argumentaasi mengapa Balqiz lebih baik belajar di TK umum pun mulai disampaikan, dan penolakan secara tidak langsung pun sudah diterima.

Hal ini tentu tidak akan terjadi jika system pendidikan di Indonesia telah dikembangkan ke a rah system pendidikan inklusi dengan panduan yang jelas. Pada umumnya, sekolah-sekolah umum, termasuk pendidikan anak usia dini – TK, belum mengerti bagaimana seharusnya memberikan pendidikan untuk anak-anak dengan disabilitas, yang maasih memungkinkan belajar bersama-sama teman-teman mereka yang tiddak menyandang disabilitas. Adalah tugas kementerian pendidikan nasional, didukung oleh dinas-dinas pendidikan baik tingkat propinsi maupun kabupaten kota untuk membuat system pendidikan umum yang akomodatif untuk anak-anak seperti Balqiz.

Sistem pendidikan inklusif yang mendorong system pendidikan umum dapat mengakomodasikan kebutuhan anak dengan disabilitas telah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1998, saat Pemerintah Indonesia melalui Departemen Pendidikan Nasional mengadakan perjanjian kerja sama hutang lunak (soft loan) dengan Pemerintah Norwegia; sudah 12 tahun yang lalu. Pusat-pusat layanan untuk mendukung kemandirian belajar siswa dengan disabilitas di sembilan kota di Indonesia telah dibangun. Alat-alat Bantu adaptive dengan harga yang tidak murah pun telah didatangkan, belasan guru praktisi pendidikan luar biasa telah dikirim ke universitas Oslo Norwegia untuk mengambil master degree pendidikan anak berkebutuhan khusus dalam setting inklusif. Apa hasilnya? Primaningurm, Ibunda Balqiz, dan ratusan ribu atau bahkan jutaan ibu-ibu yang memiliki anak dengan disabilitas lainnya di negeri ini masih mengalami kebingungan dan kesulitan yang sama.

Lalu, ke mana arah kebijakan pemerintah di bidang pendidikan berjalan? Nampak bagus di atas kertas dan kedengaran indah di ruang-ruang konferensi, tapi masih membingungkan untuk Ibunda Balqiz dan jutaan ibu-ibu lain yang memiliki tantangan serupa.

Contoh seorang Balqiz Itu baru di tingkat pendidikan dasar. Belum lagi jika kita bicara soal pendidikan menengah, apalagi pendidikan tinggi.

Berbagai inisyatif dan dukungan dari organisasi non pemerintah tingkat internasional luar negeri yang dilaksanakan melalui rintisan program kerja sama dengan organisasi non pemerintah tingkat local telah dilakukan. Dua di antara organisasi non pemerintah local ini adalah Yayasan Mitra Netra dan Perssatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) yang memperjuangkan kepentingan siswa tunanetra. Melalui inisyatif ini, model-model keberhasilan dalam skala kecil telah diraih. Namun, tentu keberhaasilan kecil ini juga harus direplikasikan, sehingga dapat menyentuh lebih banyak anak-anak dengan disabilitas, dan di sinilah peran pemerintah, sebagai pemegang kebijakan dan pemilik anggaran.

Upaya berkomunikasi dan berdialog dengan kementerian pendidikan nasional terus dilakukan, dan tentu yang diharapkan adalah berbicara dengan Bapak menteri, karena pejabat tinggi setingkat menteri diharapkan dapat melihat segala sesuatu dalam perspektif yang luas. Tapi apa yang terjadi? Disposisi terus mengalir, hingga ke pejabat dengan eselon yang hanya memiliki kewenangan melihat masalah dari satu sudut pandang saja. Menyedihkan. Bagaimana mau membangun system jika masyarakat hanya bisa bicara dengan pejabat pemerintah yang kewenangannya terbatas?

Pada pertengahan bulan Agustus 2010 nanti, komunitas pemerhati dan praktisi pendidikan anak-anak tunanetra akan berkumpul di Thailand dalam sebuah konferensi dunia, yang diselenggarakan oleh International Council of Education for People with Visual Impairment (ICEVI). Di ajang semacam ini, negara-negara di seluruh dunia akan saling berbagi kisah keberhasilan,. Tidak hanya itu, konferensi dunia ini juga akan melakukan evaluasi terhadap pencapaian gerakan “education For All – EFA” atau “pendidikan untuk semua” khusus bagi anak tunanetra.

Memperingati hari pendidikan nasional (hardiknas) tahun ini, mari kita bangsa Indonesia bertanya, berapa persen dari anak-anak penyandang disabilitas usia sewkolah yang bersekolah saat ini? Sudahkah mencapai angka 10 %? Jika belum, langkah apa yang akan dilakukan kementerian pendidikan nasional untuk membawa lebih banyak anak-anak penyandang disabilitas agar mereka juga “duduk di bangku sekolah”? Bukan sekedar duduk tentunya, namun juga mendapatkan pendidikan berkualitas.

Rabu, 28 April 2010

Musda Pertuni DIY Tanggal 24-25 April 2010

Musyawarah Daerah (Musda) Pertuni Daerah Istimewa Yogyakarta diselenggarakan pada tanggal 24-25 April 2010 di Yogyakarta.
Terpilih sebagai Ketua Dewan Pengurus Daerah masa bakti 2010-2015 adalah Sdr. Sardi, dan Sdr. Ahmad Soleh, M.Si., terpilih sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Daerah.

Sabtu, 24 April 2010

Kita Kehilangan Pak Alim Lindungan

Kita Kehilangan Pak Alim Lindungan.
Alim Lindungan, S.H., berpulang hari ini, Minggu 25 April 2010 pukul 9.30,  di RS Advent Bandung, setelah mengidap gangguan jantung selama beberapa bulan.
Jenazah akan dikebumikan di kota kelahirannya, Semarang.

Pak Alim pernah menjabat sebagai Sekjen Pertuni dan anggota Dewan Pertimbangan Pusat Pertuni.

Selamat jalan Pak Alim, semoga mendapat tempat yang paling damai di sisi Tuhan, terima kasih atas kontribusinya terhadap perjuangan tunanetra Indonesia.
 

Kamis, 01 April 2010

”Penyandang Disabilitas” Menggantikan Istilah ”Penyandang Cacat”

Pada tanggal 29 Maret hingga 1 April 2010 Kementerian Sosial menyelenggarakan pertemuan Penyusunan Bahan Ratifikasi Konvensi Internasional Tentang Hak-Hak Penyandang Cacat. Pertemuan yang dilaksanakan di Grand Setiabudhi Hotel, Bandung, itu dihadiri 30 peserta yang mewakili berbagai lembaga/organisasi yang meliputi Kementerian Luar Negeri, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Sosial, Komnasham, organisasi penyandang cacat, dan LSM pemerhati kecacatan.

Para peserta pertemuan tersebut sepakat untuk mengganti istilah ”penyandang cacat” dengan ”penyandang disabilitas”. Kesepakatan itu dituangkan ke dalam naskah kesepakatan sebagai berikut.

NASKAH KESEPAKATAN

Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyepakati :
1. bahwa istilah penyandang cacat secara tentatif mempunyai arti yang bernuansa negatif sehingga mempunyai dampak yang sangat luas bagi penyandang cacat itu sendiri terutama pada subtansi kebijakan publik yang sering memposisikan penyandang cacat sebagai obyek dan tidak menjadi prioritas;
2. bahwa Istilah penyandang cacat dalam perspektif bahasa indonesia mempunyai makna yang berkonotasi negatif dan tidak sejalan dengan prinsip utama hak asasi manusia sekaligus bertentangan dengan nilai-nilai luhur bangsa kita yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia;
3. berdasarkan hal tersebut, istilah penyandang cacat harus diganti dengan istilah baru yang mengandung nilai filosofis yang lebih konstruktif dan sesuai dengan prinsip hak asasi manusia;
4. berdasarkan hasil pembahasan dalam seminar dan focus group discussion yang diselenggarakan oleh Komnasham dan Kementerian Sosial di Cibinong (tanggal 8-9 Januari 2009), di Hotel Ibis Jakarta (tanggal 19-20 Maret 2010) dan di Grand Setiabudhi Hotel Bandung (tanggal 29 Maret - 1 April 2010), disepakati bahwa istilah penyandang cacat diganti menjadi : “ Penyandang Disabilitas”.
5. istilah Penyandang Disabilitas mempunyai arti yang lebih luas dan mengandung nilai-nilai inklusif yang sesuai dengan jiwa dan semangat reformasi hukum di Indonesia, dan sejalan dengan substansi Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD) yang telah disepakati untuk diratifikasi.
6. Berdasarkan hal-hal tersebut, kami merekomendasikan:
a. pemerintah dan DPR agar segera meratifikasi Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD) dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dengan menggunakan istilah ”penyandang disabilitas” untuk menerjemahkan frase “persons with disabilities”;
b. kalangan pemerintah, legislatif, akademisi, organisasi penyandang disabilitas, organisasi pemerhati disabilitas, dunia usaha, media masa dan masyarakat luas lainnya agar berpartisifasi aktif untuk mensosialisasikan penggunaan istilah “Penyandang Disabilitas” sebagai pengganti istilah penyandang cacat.

Demikianlah kesepakatan ini dibuat dengan penuh kesungguhan atas dasar itikat baik demi mewujudkan penghormatan, pelindungan, dan pemenuhan hak asasi penyandang Disabilitas di Indonesia.

Dibuat di Bandung pada tanggal 31 maret 2010.

Naskah ditandatangani oleh seluruh peserta sebagaimana disebutkan di atas.

(Didi Tarsidi)

Minggu, 28 Maret 2010

Musda V Pertuni Daerah Jawa Tengah 27-28 Maret 2010

Musyawarah Daerah V Pertuni Daerah Jawa Tengah diselenggarakan di Wisma BLPT, Semarang, pada tanggal 27-28 Maret 2010. Musda dibuka secara resmi oleh Kepala Bagian Bina Sosial Propinsi Jawa Tengah mewakili Gubernur Jawa Tengah. Musda dihadiri oleh seluruh 20 Cabang Pertuni Daerah Jawa Tengah.
Hasil Musda meliputi:
`1. Laporan pertangungjawaban Ketua Pertuni Daerah Jawa Tengah masa bakti 2005-2010;
2. Program Kerja Pertuni Daerah Jawa Tengah masa bakti 2010-2015;
3. Pemilihan Ketua Dewan Pengurus Daerah dan Ketua Dewan Pertimbangan Daerah Pertuni Jawa Tengah masa bakti 2010-2015.
Terpilih sebagai Ketua DPD Pertuni Jateng masa bakti 2010-2015 adalah Suryandaru, S.h.
Terpilih sebagai Ketua Deperda Pertuni Jateng masa bakti 2010-2015 adalah Agung Rejeki Yuliastuti, S.Psi.

Senin, 22 Maret 2010

MARI JALAN SANTAI BERSAMA PERSATUAN ATLETIK SELURUH INDONESIA dan SPORTS STATION

MARI JALAN SANTAI BERSAMA PERSATUAN ATLETIK SELURUH INDONESIA dan SPORTS STATION

“GREAT WALK”

MINGGU 25 APRIL 2010, SILANG MONAS BARAT DAYA JAKARTA PUSAT


“ BEROLAHRAGA SAMBIL BERSOSIALISASI”


DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN INTERAKSI SOSIAL TUNANETRA DENGAN MASYARAKAT LUAS, SEKALIGUS SEBAGAI MEDIA KAMPANYE KEPEDULIAN MASYARAKAT TERHADAP TUNANETRA, PERTUNI MENGAJAK KALANGAN TUNANETRA BESERTA KELUARGA DAN KERABAT, UNTUK MENGIKUTI KEGIATAN JALAN SANTAI DALAM RANGKA “GREAT WALK”.

KEGIATAN DISELENGGARAKAN OLEH PENGURUS BESAR PERSATUAN ATLETIK SELURUH INDONESIA (PB PASI) DAN SPORTS STATION, DI SILANG MONAS BARAT DAYA JAKARTA PUSAT, MINGGU 25 APRIL 2010

RUTE: SILANG MONAS BARAT DAYA, BUNDARAN HI, KEMBALI KE SILANG MONAS (KURANG LEBIH 5 KM)

BIAYA PENDAFTARAN: RP.30.000 (tiga puluh ribu rupiah) termasuk FASILITAS KAOS DARI SPONSOR)

KEGIATAN DI ISI PULA DENGAN LOMBA LARI 5K, OLEH ATLET ELIT NASIONAL SERTA SEPEDA SANTAI, DENGAN TOTAL PESERTA 10 RIBU ORANG, YANG BERASAL DARI KALANGAN MASYARAKAT UMUM, PELAJAR/MAHASISWA, TOKOH PUBLIK, SELEBRITIS DAN KALANGAN TUNANETRA. DI SEMARAKAN OLEH KALANGAN SELEBRITIS ( D’MASIV, PADI, GEASHA, DAN KAWAN-KAWAN) SERTA KALANGAN TOKOH (HM. HASAN, GUBERNUR DKI JAKARTA DLL)

SEGERA DAFTARKAN DISEKRETARIAT DPP PERTUNI:
JL. RAYA BOGOR KM. 19 RUKO BLOK Q NO.13-L,RT.01 RW.04 KRAMAT JATI JAKARTA TIMUR PALING LAMBAT 19 APRIL 2010


KETERANGAN SELENGKAPNYA HUBUNGI:
DPP PERTUNI TELEPON 021 8005480
DPD PERTUNI DKI JAKARTA TELEPON 021 781 6419 ATAU
BAYU IWAN YULIANTO HP 0816 1322 647 ATAU 021 3737 4545

Sabtu, 13 Maret 2010

Damandiri Bantu Tunanetra Pelatihan Komputer Bicara

Suara Karya Online, Kamis, 11 Maret 2010

JAKARTA (Suara Karya): Komputer tidak hanya untuk mereka yang bermata tajam, tapi juga untuk orang-orang tunanetra. Dengan bantuan komputer, diharapkan
kita mampu untuk memberdayakan para tunanetra. Tentunya dengan komputer khusus, yakni komputer bicara. Demikian dikemukakan Ketua Umum Dewan Nasional
Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) Prof Haryono Suyono dalam sambutannya saat membuka pelatihan komputer bicara bagi tunanetra di gedung Dewan
Pers, Jakarta, Senin (8/3). Dikatakan lebih lanjut, pelatihan komputer bicara bagi para tunanetra itu bertujuan untuk memberdayakan diri. Dengan demikian,
mereka tidak ketinggalan dari orang-orang yang normal. "Agar para tunanetra tidak hanya bermanja-manja di panti asuhan saja," ujarnya. Karena itu, Haryono
selaku Ketua Umum DNIKS dan Yayasan Damandiri sangat menghargai upaya Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) yang memprakarsai pelatihan ini. Untuk itu,
pihak Damandiri memberikan bantuan 15 unit komputer bicara, yang bisa digunakan untuk pelatihan. Terkait dengan kegiatan tersebut, Ketua Umum Pertuni
Dr Didi Tarsidi mengemukakan, kegiatan ini merupakan bagian dari upaya para tunanetra mengakses teknologi sehingga menjadi tenaga kerja yang mempunyai
keterampilan. Dengan demikian, mereka dapat memperluas jaringan pekerjaan. Dalam keterbatasan pandang, katanya, tunanetra tidak terpaku vakum dalam kegelapan.
Melalui optimalisasi sisa indra yang masih berfungsi, tunanetra melakukan interaksi secara integral dalam menuju tatanan masyarakat. Dengan memainkan jemari
pada tombol keyboard komputer serta mengakses tampilan layar yang telah dikonversi dalam bentuk audio, mereka dapat berinteraksi dengan masyarakat lainnya.
Untuk itu, Pertuni merasa perlu menyelenggarakan pelatihan ini, agar para tunanetra tidak tertinggal dalam mengakses teknologi. Pelatihan itu sendiri
akan diselenggarakan secara bertahap dan berkesinambungan. Ini juga dimaksudkan untuk menciptakan insan-insan tunanetra yang berwawasan teknologi. Selain
itu, untuk meningkatkan kualitas sumber daya di kalangan tunanetra. "Sebab, ini merupakan kunci dalam mewujudkan kesejahteraan kehidupan tunanetra yang
lebih bermartabat," katanya. Dengan kualitas sumber daya yang optimal, memungkinkan untuk lebih memperluas jaringan dalam memperoleh lapangan pekerjaan.
Pelatihan yang diselenggarakan dalam rangka memperingati HUT ke-44 Pertuni dan Hari Braille ke-201 tersebut, pada tahap awal diperuntukkan bagi 30 orang
tunanetra. (Budi Seno)

TEKNOLOGI MEMBUAT TUNANETRA SEPERTI ORANG NORMAL

Sinar Harapan, Senin 08 Maret 2010

Jakarta,Ketua Umum Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Didi Tarsidi, mengatakan kemajuan teknologi telah membuat tunanetra bisa mengakses informasi
seperti layaknya orang normal.

"Tunanetra kini bukan saja mudah bekerja dengan komputer, tetapi juga mudah mengakses internet, yang membuka pintu ke dunia luar," kata Didi pada Pembukaan
Pelatihan Komputer Bicara untuk Tunanetra dalam rangka HUT Pertuni ke-44 dan Hari Braille se-Dunia ke-201, di Jakarta, Senin.

Ia menyatakan penghargaannya kepada Louis Braille yang menciptakan abjad timbul bagi tunanetra sehingga tunanetra pun bisa membaca dan memperoleh ilmu
pengetahuan meski buta.

Namun demikian meskipun huruf-huruf Braille tidak pernah ketinggalan zaman, huruf Braille tetap mempunyai keterbatasan, sehingga tetap dibutuhkan teknologi
yang lebih maju, ujar pria yang juga tunanetra ini.

Keterbatasan abjad Braille, ujarnya, hanya bisa menggambarkan 63 kombinasi titik dan karena harus timbul maka buku Braille harus dicetak khusus, tebal
dan berat dengan biaya yang sangat tinggi.

Selain itu, lanjut dia, Braille tidak komunikatif, karena hanya digunakan oleh kalangan tunanetra (eksklusif) sehingga tak bisa mengakses atau diakses
oleh dunia awam.

Dikatakannya, tunanetra saat ini bisa menggunakan program JAWS (Job Access With Speech) for Windows, suatu perangkat lunak yang memindahkan bahasa teks
di layar komputer ke bahasa suara.

Didi kemudian menyerahkannya kepada seorang programer tunanetra Aris Yohannes untuk memberi contoh kemampuan tersebut, namun berhubung koneksi internet
sedang tidak bagus, program tersebut tidak dapat dipraktekkan.

Sementara itu, Ketua Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) Prof Dr Hayono Suyono yang juga Penasihat Persatuan Penyandang Cacat Indonesia
(PPCI) mengatakan komputer bicara bisa mempercepat komunikasi antar organisasi tunanetra sehingga meningkatkan pemberdayaannya.

"Sekarang tunanetra bukan saja bisa menggali pengetahuan luas dari internet, tetapi juga bisa menyampaikan pendapatnya ke media massa atau ke masyarakat
melalui internet, melalui facebook, twitter dan jaringan komunitas lainnya," katanya.

Ia juga mengatakan, bahwa di masa kini pola pemberdayaan tunanetra sudah berubah, di mana sebelumnya mereka dimasukkan dalam panti-panti dan dilayani serta
diberi fasilitas khusus yang tidak menjadikan penyandang cacat mandiri.

Sekarang, lanjut dia, polanya lebih mendorong penyandang cacat inklusif, diperlakukan dan memiliki hak sama di sekolah-sekolah termasuk perguruan tinggi
dan akses ke tempat kerja, termasuk di tempat-tempat umum.

"Sehingga di tempat-tempat umum dibuatkan jalan dan tangga yang bisa digunakan untuk penyandang cacat, atau WC khusus dan sarana lain. Meski sarana untuk
penyandang cacat di Indonesia masih belum seperti di luar negeri," katanya.

Untuk memberdayakan tunanetra, Pertuni menyelenggarakan pelatihan komputer bicara secara bertahap di seluruh Indonesia, diawali pelatihan bagi 30 tunanetra
di wilayah Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat selama 10 hari.

Mereka akan dilatih memainkan jari di keyboard, mengakses tampilan layar yang telah dikonversi ke bentuk suara, "browsing" internet, mengirim dan menerima
email, hingga "chatting".

"Melalui optimalisasi sisa indra yang masih berfungsi tunanetra diharapkan bisa berinteraksi secara integral dalam tatanan masyarakat yang inklusif," kata
Didi. (ant)

Pelatihan Komputer untuk Tuna Netra Digelar

Laporan wartawan KOMPAS.com Caroline Damanik
Senin, 8 Maret 2010 | 11:01 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Siapa bilang tuna netra tidak bisa mengoperasikan komputer? Keterbatasan fisik mereka tidak menghalangi cita-cita yang menggebu untuk
maju seiring perkembangan zaman.

DPP Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) menggelar pelatihan komputer bicara untuk para tuna netra. Sekjend Pertuni Bayu Yulianto mengatakan pelatihan
ini bertujuan memberdayakan para tunanetra di Indonesia.

Para tunanetra tak boleh ketinggalan dalam kemajuan teknologi informasi yang makin pesat. "Komputer sudah jadi kebutuhan. Kalau tuna netra terpaku, mereka
akan ketinggalan. Dengan menguasai komputer, mereka dapat menguasai potensi mereka," tuturnya kepada Kompas.com sebelum acara pembukaan pelatihan dimulai
di Gedung Dewan Pers, Senin (8/3/2010).

Rencananya, pelatihan akan digelar dalam dua tahap. Tahap pertama direncanakan berlangsung lima hari dan akan diikuti 30 peserta dari wilayah DKI Jakarta,
Banten dan Jawa Barat. Setelah pelatihan, Bayu mengharapkan rekan-rekan tuna netra mendapat akses yang lebih luas terhadap lapangan kerja.

Maniso (33), salah satu pengurus DPD Pertuni DKI Jakarta merasa beruntung diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan ini. Melalui pelatihan ini, Maniso
berharap makin mengetahui komputer yang selama ini lazim dipakai oleh orang dengan fisik yang normal.

"Paling tidak, bahwa tunanetra itu di era sekarang tidak ketinggalan. Walau tuna netra punya keterbatasan, ternyata bisa punya akses teknologi seperti biasa,
main internet atau paling tidak bisa bikin surat sendiri," tuturnya.

Warga Kemanggisan ini mengaku dirinya sendiri masih minim pengalaman dengan komputer. Sebatas mengetik secara manual untuk membuat surat. Oleh karena itu,
pria yang sehari-hari berprofesi sebagai tukang pijat dan penjual kerupuk keliling ini dan rekan-rekannya memberikan respon yang sangat baik.

Awalnya, Maniso mengaku bingung bagaimana memanfaatkan komputer karena mereka sendiri tidak bisa melihat tulisan dan membacanya. Lantas, bagaimana pelatihan
komputer untuk para tuna netra ini?

Sabtu, 13 Februari 2010

Lomba Mengarang Esei Braille Onkyo 2010

Lomba Mengarang Esei Braille Onkyo 2010

Proyek disponsori oleh the Onkyo Corporation Ltd. Dan The Braille Mainichi Newspaper bekerjasama dengan World Blind Union Asia-Pacific dan Pertuni)

1. Tujuan
1.1 Meningkatkan melek huruf Braille dan memupuk kebiasaan membaca/menulis di kalangan para tunanetra di wilayah Asia-Pasifik.

1.2 Meningkatkan interaksi sosial budaya di kalangan para tunanetra di wilayah Asia-Pasifik melalui tulisan.

1.3 Mendorong para tunanetra memanfaatkan potensinya dalam bidang tulis-menulis sebagai sumber pendapatan.

1.4 Mendorong para tunanetra untuk berperan aktif dalam mengubah makna ketunanetraan melalui tulisan.

2. Topik-topik Karangan (pilih salah satu):
2.1 Kegunaan praktis Braille dalam kehidupan saya sehari-hari

2.2 Bagaimana Braille dan buku-buku audio telah membantu mengintegrasikan saya dalam kehidupan di masyarakat

2.3 Bagaimana Braille dapat membantu seorang tunanetra menjadi musisi yang sukses

3. Persyaratan:
Partisipasi dalam lomba mengarang esei ini terbuka bagi semua orang tunanetra usia 14 tahun ke atas di wilayah Asia-Pasifik (Kecuali mereka yang berasal dari Jepang atau pernah memenangkan hadiah Atsuki) dengan persyaratan sebagai berikut.

3.1 Format Karangan:
3.1.1. Karangan ditulis dalam bentuk esei dalam bahasa Indonesia dengan tulisan Braille menggunakan reglet atau mesin tik Braille (tidak boleh menggunakan komputer).
3.1.2. Panjang karangan antara 750 hingga 1000 kata. Karangan yang terlalu pendek atau terlalu panjang akan didiskualifikasi.

3.2 Karangan harus original dan setiap peserta hanya diperbolehkan mengirimkan satu karangan.

3.3. Karangan dikirimkan kepada:
Panitia Seleksi Onkyo Nasional, DPP Pertuni, Jl. Raya Bogor km.19, Ruko Blok Q No. 13-L, Kramat Jati, Jakarta Timur 13510.

3.4. Karangan harus sudah diterima di DPP Pertuni selambat-lambatnya tanggal 30 April 2010.

3.5 Karangan harus dilengkapi dengan informasi sebagai berikut:
a) Nama lengkap
b) Umur
c) Jenis kelamin
d) Telepon, fax dan email
e) Status pekerjaan (siswa, ibu rumah tangga, dll.)
f) Nama, alamat dan e-mail organisasi atau lembaga di mana anda aktif
g) Lampirkan pasfoto dan fotokopi KTP atau kartu pelajar/mahasiswa atau kartu anggota organisasi

3.5 Lomba ini terbuka bagi dua kelompok usia:
Kelompok A: Tunanetra usia 14-25 tahun
Kelompok B: Tunanetra usia 26 tahun atau lebih.

3.6. Panitia Seleksi Onkyo Nasional akan memilih lima karangan terbaik untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan dikirimkan ke Panitia Seleksi Onkyo Asia-Pasifik untuk diperlombakan ditingkat Asia-Pasifik.

4. Pengumuman dan Hadiah:

Panitia Seleksi Onkyo Asia-Pasifik akan menentukan tujuh orang pemenang dari kedua kelompok usia.
Pemenang lomba ini akan diumumkan pada awal bulan Nopember 2010.

Hadiah terdiri dari:

4.1. Otsuki Prize: seribu US Dollar dan sebuah trofi diberikan kepada seorang juara umum di antara kedua kelompok usia.

4.2. Excellent Works: lima ratus US dollar dan sebuah trofi. Dua hadiah akan diberikan, masing-masing satu kepada masing-masing kelompok usia.

4.3. Fine Works: dua ratus US dollar. Empat hadiah akan diberikan, masing-masing dua hadiah untuk masing-masing kelompok usia.

5. Hak Cipta (Copyright)
Esei pemenang akan menjadi hak The Onkyo Corporation Ltd. Dan the Braille Mainichi Newspaper, dan mereka berhak mempublikasikannya dengan cara yang mereka kehendaki.

Selamat berlomba!

DR. Didi Tarsidi, Ketua Umum Pertuni