Suara Karya Online, Kamis, 11 Maret 2010
JAKARTA (Suara Karya): Komputer tidak hanya untuk mereka yang bermata tajam, tapi juga untuk orang-orang tunanetra. Dengan bantuan komputer, diharapkan
kita mampu untuk memberdayakan para tunanetra. Tentunya dengan komputer khusus, yakni komputer bicara. Demikian dikemukakan Ketua Umum Dewan Nasional
Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) Prof Haryono Suyono dalam sambutannya saat membuka pelatihan komputer bicara bagi tunanetra di gedung Dewan
Pers, Jakarta, Senin (8/3). Dikatakan lebih lanjut, pelatihan komputer bicara bagi para tunanetra itu bertujuan untuk memberdayakan diri. Dengan demikian,
mereka tidak ketinggalan dari orang-orang yang normal. "Agar para tunanetra tidak hanya bermanja-manja di panti asuhan saja," ujarnya. Karena itu, Haryono
selaku Ketua Umum DNIKS dan Yayasan Damandiri sangat menghargai upaya Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) yang memprakarsai pelatihan ini. Untuk itu,
pihak Damandiri memberikan bantuan 15 unit komputer bicara, yang bisa digunakan untuk pelatihan. Terkait dengan kegiatan tersebut, Ketua Umum Pertuni
Dr Didi Tarsidi mengemukakan, kegiatan ini merupakan bagian dari upaya para tunanetra mengakses teknologi sehingga menjadi tenaga kerja yang mempunyai
keterampilan. Dengan demikian, mereka dapat memperluas jaringan pekerjaan. Dalam keterbatasan pandang, katanya, tunanetra tidak terpaku vakum dalam kegelapan.
Melalui optimalisasi sisa indra yang masih berfungsi, tunanetra melakukan interaksi secara integral dalam menuju tatanan masyarakat. Dengan memainkan jemari
pada tombol keyboard komputer serta mengakses tampilan layar yang telah dikonversi dalam bentuk audio, mereka dapat berinteraksi dengan masyarakat lainnya.
Untuk itu, Pertuni merasa perlu menyelenggarakan pelatihan ini, agar para tunanetra tidak tertinggal dalam mengakses teknologi. Pelatihan itu sendiri
akan diselenggarakan secara bertahap dan berkesinambungan. Ini juga dimaksudkan untuk menciptakan insan-insan tunanetra yang berwawasan teknologi. Selain
itu, untuk meningkatkan kualitas sumber daya di kalangan tunanetra. "Sebab, ini merupakan kunci dalam mewujudkan kesejahteraan kehidupan tunanetra yang
lebih bermartabat," katanya. Dengan kualitas sumber daya yang optimal, memungkinkan untuk lebih memperluas jaringan dalam memperoleh lapangan pekerjaan.
Pelatihan yang diselenggarakan dalam rangka memperingati HUT ke-44 Pertuni dan Hari Braille ke-201 tersebut, pada tahap awal diperuntukkan bagi 30 orang
tunanetra. (Budi Seno)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar