Minggu, 28 Maret 2010

Musda V Pertuni Daerah Jawa Tengah 27-28 Maret 2010

Musyawarah Daerah V Pertuni Daerah Jawa Tengah diselenggarakan di Wisma BLPT, Semarang, pada tanggal 27-28 Maret 2010. Musda dibuka secara resmi oleh Kepala Bagian Bina Sosial Propinsi Jawa Tengah mewakili Gubernur Jawa Tengah. Musda dihadiri oleh seluruh 20 Cabang Pertuni Daerah Jawa Tengah.
Hasil Musda meliputi:
`1. Laporan pertangungjawaban Ketua Pertuni Daerah Jawa Tengah masa bakti 2005-2010;
2. Program Kerja Pertuni Daerah Jawa Tengah masa bakti 2010-2015;
3. Pemilihan Ketua Dewan Pengurus Daerah dan Ketua Dewan Pertimbangan Daerah Pertuni Jawa Tengah masa bakti 2010-2015.
Terpilih sebagai Ketua DPD Pertuni Jateng masa bakti 2010-2015 adalah Suryandaru, S.h.
Terpilih sebagai Ketua Deperda Pertuni Jateng masa bakti 2010-2015 adalah Agung Rejeki Yuliastuti, S.Psi.

Senin, 22 Maret 2010

MARI JALAN SANTAI BERSAMA PERSATUAN ATLETIK SELURUH INDONESIA dan SPORTS STATION

MARI JALAN SANTAI BERSAMA PERSATUAN ATLETIK SELURUH INDONESIA dan SPORTS STATION

“GREAT WALK”

MINGGU 25 APRIL 2010, SILANG MONAS BARAT DAYA JAKARTA PUSAT


“ BEROLAHRAGA SAMBIL BERSOSIALISASI”


DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN INTERAKSI SOSIAL TUNANETRA DENGAN MASYARAKAT LUAS, SEKALIGUS SEBAGAI MEDIA KAMPANYE KEPEDULIAN MASYARAKAT TERHADAP TUNANETRA, PERTUNI MENGAJAK KALANGAN TUNANETRA BESERTA KELUARGA DAN KERABAT, UNTUK MENGIKUTI KEGIATAN JALAN SANTAI DALAM RANGKA “GREAT WALK”.

KEGIATAN DISELENGGARAKAN OLEH PENGURUS BESAR PERSATUAN ATLETIK SELURUH INDONESIA (PB PASI) DAN SPORTS STATION, DI SILANG MONAS BARAT DAYA JAKARTA PUSAT, MINGGU 25 APRIL 2010

RUTE: SILANG MONAS BARAT DAYA, BUNDARAN HI, KEMBALI KE SILANG MONAS (KURANG LEBIH 5 KM)

BIAYA PENDAFTARAN: RP.30.000 (tiga puluh ribu rupiah) termasuk FASILITAS KAOS DARI SPONSOR)

KEGIATAN DI ISI PULA DENGAN LOMBA LARI 5K, OLEH ATLET ELIT NASIONAL SERTA SEPEDA SANTAI, DENGAN TOTAL PESERTA 10 RIBU ORANG, YANG BERASAL DARI KALANGAN MASYARAKAT UMUM, PELAJAR/MAHASISWA, TOKOH PUBLIK, SELEBRITIS DAN KALANGAN TUNANETRA. DI SEMARAKAN OLEH KALANGAN SELEBRITIS ( D’MASIV, PADI, GEASHA, DAN KAWAN-KAWAN) SERTA KALANGAN TOKOH (HM. HASAN, GUBERNUR DKI JAKARTA DLL)

SEGERA DAFTARKAN DISEKRETARIAT DPP PERTUNI:
JL. RAYA BOGOR KM. 19 RUKO BLOK Q NO.13-L,RT.01 RW.04 KRAMAT JATI JAKARTA TIMUR PALING LAMBAT 19 APRIL 2010


KETERANGAN SELENGKAPNYA HUBUNGI:
DPP PERTUNI TELEPON 021 8005480
DPD PERTUNI DKI JAKARTA TELEPON 021 781 6419 ATAU
BAYU IWAN YULIANTO HP 0816 1322 647 ATAU 021 3737 4545

Sabtu, 13 Maret 2010

Damandiri Bantu Tunanetra Pelatihan Komputer Bicara

Suara Karya Online, Kamis, 11 Maret 2010

JAKARTA (Suara Karya): Komputer tidak hanya untuk mereka yang bermata tajam, tapi juga untuk orang-orang tunanetra. Dengan bantuan komputer, diharapkan
kita mampu untuk memberdayakan para tunanetra. Tentunya dengan komputer khusus, yakni komputer bicara. Demikian dikemukakan Ketua Umum Dewan Nasional
Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) Prof Haryono Suyono dalam sambutannya saat membuka pelatihan komputer bicara bagi tunanetra di gedung Dewan
Pers, Jakarta, Senin (8/3). Dikatakan lebih lanjut, pelatihan komputer bicara bagi para tunanetra itu bertujuan untuk memberdayakan diri. Dengan demikian,
mereka tidak ketinggalan dari orang-orang yang normal. "Agar para tunanetra tidak hanya bermanja-manja di panti asuhan saja," ujarnya. Karena itu, Haryono
selaku Ketua Umum DNIKS dan Yayasan Damandiri sangat menghargai upaya Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) yang memprakarsai pelatihan ini. Untuk itu,
pihak Damandiri memberikan bantuan 15 unit komputer bicara, yang bisa digunakan untuk pelatihan. Terkait dengan kegiatan tersebut, Ketua Umum Pertuni
Dr Didi Tarsidi mengemukakan, kegiatan ini merupakan bagian dari upaya para tunanetra mengakses teknologi sehingga menjadi tenaga kerja yang mempunyai
keterampilan. Dengan demikian, mereka dapat memperluas jaringan pekerjaan. Dalam keterbatasan pandang, katanya, tunanetra tidak terpaku vakum dalam kegelapan.
Melalui optimalisasi sisa indra yang masih berfungsi, tunanetra melakukan interaksi secara integral dalam menuju tatanan masyarakat. Dengan memainkan jemari
pada tombol keyboard komputer serta mengakses tampilan layar yang telah dikonversi dalam bentuk audio, mereka dapat berinteraksi dengan masyarakat lainnya.
Untuk itu, Pertuni merasa perlu menyelenggarakan pelatihan ini, agar para tunanetra tidak tertinggal dalam mengakses teknologi. Pelatihan itu sendiri
akan diselenggarakan secara bertahap dan berkesinambungan. Ini juga dimaksudkan untuk menciptakan insan-insan tunanetra yang berwawasan teknologi. Selain
itu, untuk meningkatkan kualitas sumber daya di kalangan tunanetra. "Sebab, ini merupakan kunci dalam mewujudkan kesejahteraan kehidupan tunanetra yang
lebih bermartabat," katanya. Dengan kualitas sumber daya yang optimal, memungkinkan untuk lebih memperluas jaringan dalam memperoleh lapangan pekerjaan.
Pelatihan yang diselenggarakan dalam rangka memperingati HUT ke-44 Pertuni dan Hari Braille ke-201 tersebut, pada tahap awal diperuntukkan bagi 30 orang
tunanetra. (Budi Seno)

TEKNOLOGI MEMBUAT TUNANETRA SEPERTI ORANG NORMAL

Sinar Harapan, Senin 08 Maret 2010

Jakarta,Ketua Umum Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Didi Tarsidi, mengatakan kemajuan teknologi telah membuat tunanetra bisa mengakses informasi
seperti layaknya orang normal.

"Tunanetra kini bukan saja mudah bekerja dengan komputer, tetapi juga mudah mengakses internet, yang membuka pintu ke dunia luar," kata Didi pada Pembukaan
Pelatihan Komputer Bicara untuk Tunanetra dalam rangka HUT Pertuni ke-44 dan Hari Braille se-Dunia ke-201, di Jakarta, Senin.

Ia menyatakan penghargaannya kepada Louis Braille yang menciptakan abjad timbul bagi tunanetra sehingga tunanetra pun bisa membaca dan memperoleh ilmu
pengetahuan meski buta.

Namun demikian meskipun huruf-huruf Braille tidak pernah ketinggalan zaman, huruf Braille tetap mempunyai keterbatasan, sehingga tetap dibutuhkan teknologi
yang lebih maju, ujar pria yang juga tunanetra ini.

Keterbatasan abjad Braille, ujarnya, hanya bisa menggambarkan 63 kombinasi titik dan karena harus timbul maka buku Braille harus dicetak khusus, tebal
dan berat dengan biaya yang sangat tinggi.

Selain itu, lanjut dia, Braille tidak komunikatif, karena hanya digunakan oleh kalangan tunanetra (eksklusif) sehingga tak bisa mengakses atau diakses
oleh dunia awam.

Dikatakannya, tunanetra saat ini bisa menggunakan program JAWS (Job Access With Speech) for Windows, suatu perangkat lunak yang memindahkan bahasa teks
di layar komputer ke bahasa suara.

Didi kemudian menyerahkannya kepada seorang programer tunanetra Aris Yohannes untuk memberi contoh kemampuan tersebut, namun berhubung koneksi internet
sedang tidak bagus, program tersebut tidak dapat dipraktekkan.

Sementara itu, Ketua Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) Prof Dr Hayono Suyono yang juga Penasihat Persatuan Penyandang Cacat Indonesia
(PPCI) mengatakan komputer bicara bisa mempercepat komunikasi antar organisasi tunanetra sehingga meningkatkan pemberdayaannya.

"Sekarang tunanetra bukan saja bisa menggali pengetahuan luas dari internet, tetapi juga bisa menyampaikan pendapatnya ke media massa atau ke masyarakat
melalui internet, melalui facebook, twitter dan jaringan komunitas lainnya," katanya.

Ia juga mengatakan, bahwa di masa kini pola pemberdayaan tunanetra sudah berubah, di mana sebelumnya mereka dimasukkan dalam panti-panti dan dilayani serta
diberi fasilitas khusus yang tidak menjadikan penyandang cacat mandiri.

Sekarang, lanjut dia, polanya lebih mendorong penyandang cacat inklusif, diperlakukan dan memiliki hak sama di sekolah-sekolah termasuk perguruan tinggi
dan akses ke tempat kerja, termasuk di tempat-tempat umum.

"Sehingga di tempat-tempat umum dibuatkan jalan dan tangga yang bisa digunakan untuk penyandang cacat, atau WC khusus dan sarana lain. Meski sarana untuk
penyandang cacat di Indonesia masih belum seperti di luar negeri," katanya.

Untuk memberdayakan tunanetra, Pertuni menyelenggarakan pelatihan komputer bicara secara bertahap di seluruh Indonesia, diawali pelatihan bagi 30 tunanetra
di wilayah Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat selama 10 hari.

Mereka akan dilatih memainkan jari di keyboard, mengakses tampilan layar yang telah dikonversi ke bentuk suara, "browsing" internet, mengirim dan menerima
email, hingga "chatting".

"Melalui optimalisasi sisa indra yang masih berfungsi tunanetra diharapkan bisa berinteraksi secara integral dalam tatanan masyarakat yang inklusif," kata
Didi. (ant)

Pelatihan Komputer untuk Tuna Netra Digelar

Laporan wartawan KOMPAS.com Caroline Damanik
Senin, 8 Maret 2010 | 11:01 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Siapa bilang tuna netra tidak bisa mengoperasikan komputer? Keterbatasan fisik mereka tidak menghalangi cita-cita yang menggebu untuk
maju seiring perkembangan zaman.

DPP Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) menggelar pelatihan komputer bicara untuk para tuna netra. Sekjend Pertuni Bayu Yulianto mengatakan pelatihan
ini bertujuan memberdayakan para tunanetra di Indonesia.

Para tunanetra tak boleh ketinggalan dalam kemajuan teknologi informasi yang makin pesat. "Komputer sudah jadi kebutuhan. Kalau tuna netra terpaku, mereka
akan ketinggalan. Dengan menguasai komputer, mereka dapat menguasai potensi mereka," tuturnya kepada Kompas.com sebelum acara pembukaan pelatihan dimulai
di Gedung Dewan Pers, Senin (8/3/2010).

Rencananya, pelatihan akan digelar dalam dua tahap. Tahap pertama direncanakan berlangsung lima hari dan akan diikuti 30 peserta dari wilayah DKI Jakarta,
Banten dan Jawa Barat. Setelah pelatihan, Bayu mengharapkan rekan-rekan tuna netra mendapat akses yang lebih luas terhadap lapangan kerja.

Maniso (33), salah satu pengurus DPD Pertuni DKI Jakarta merasa beruntung diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan ini. Melalui pelatihan ini, Maniso
berharap makin mengetahui komputer yang selama ini lazim dipakai oleh orang dengan fisik yang normal.

"Paling tidak, bahwa tunanetra itu di era sekarang tidak ketinggalan. Walau tuna netra punya keterbatasan, ternyata bisa punya akses teknologi seperti biasa,
main internet atau paling tidak bisa bikin surat sendiri," tuturnya.

Warga Kemanggisan ini mengaku dirinya sendiri masih minim pengalaman dengan komputer. Sebatas mengetik secara manual untuk membuat surat. Oleh karena itu,
pria yang sehari-hari berprofesi sebagai tukang pijat dan penjual kerupuk keliling ini dan rekan-rekannya memberikan respon yang sangat baik.

Awalnya, Maniso mengaku bingung bagaimana memanfaatkan komputer karena mereka sendiri tidak bisa melihat tulisan dan membacanya. Lantas, bagaimana pelatihan
komputer untuk para tuna netra ini?