Pada tanggal 29 Maret hingga 1 April 2010 Kementerian Sosial menyelenggarakan pertemuan Penyusunan Bahan Ratifikasi Konvensi Internasional Tentang Hak-Hak Penyandang Cacat. Pertemuan yang dilaksanakan di Grand Setiabudhi Hotel, Bandung, itu dihadiri 30 peserta yang mewakili berbagai lembaga/organisasi yang meliputi Kementerian Luar Negeri, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Sosial, Komnasham, organisasi penyandang cacat, dan LSM pemerhati kecacatan.
Para peserta pertemuan tersebut sepakat untuk mengganti istilah ”penyandang cacat” dengan ”penyandang disabilitas”. Kesepakatan itu dituangkan ke dalam naskah kesepakatan sebagai berikut.
NASKAH KESEPAKATAN
Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyepakati :
1. bahwa istilah penyandang cacat secara tentatif mempunyai arti yang bernuansa negatif sehingga mempunyai dampak yang sangat luas bagi penyandang cacat itu sendiri terutama pada subtansi kebijakan publik yang sering memposisikan penyandang cacat sebagai obyek dan tidak menjadi prioritas;
2. bahwa Istilah penyandang cacat dalam perspektif bahasa indonesia mempunyai makna yang berkonotasi negatif dan tidak sejalan dengan prinsip utama hak asasi manusia sekaligus bertentangan dengan nilai-nilai luhur bangsa kita yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia;
3. berdasarkan hal tersebut, istilah penyandang cacat harus diganti dengan istilah baru yang mengandung nilai filosofis yang lebih konstruktif dan sesuai dengan prinsip hak asasi manusia;
4. berdasarkan hasil pembahasan dalam seminar dan focus group discussion yang diselenggarakan oleh Komnasham dan Kementerian Sosial di Cibinong (tanggal 8-9 Januari 2009), di Hotel Ibis Jakarta (tanggal 19-20 Maret 2010) dan di Grand Setiabudhi Hotel Bandung (tanggal 29 Maret - 1 April 2010), disepakati bahwa istilah penyandang cacat diganti menjadi : “ Penyandang Disabilitas”.
5. istilah Penyandang Disabilitas mempunyai arti yang lebih luas dan mengandung nilai-nilai inklusif yang sesuai dengan jiwa dan semangat reformasi hukum di Indonesia, dan sejalan dengan substansi Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD) yang telah disepakati untuk diratifikasi.
6. Berdasarkan hal-hal tersebut, kami merekomendasikan:
a. pemerintah dan DPR agar segera meratifikasi Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD) dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dengan menggunakan istilah ”penyandang disabilitas” untuk menerjemahkan frase “persons with disabilities”;
b. kalangan pemerintah, legislatif, akademisi, organisasi penyandang disabilitas, organisasi pemerhati disabilitas, dunia usaha, media masa dan masyarakat luas lainnya agar berpartisifasi aktif untuk mensosialisasikan penggunaan istilah “Penyandang Disabilitas” sebagai pengganti istilah penyandang cacat.
Demikianlah kesepakatan ini dibuat dengan penuh kesungguhan atas dasar itikat baik demi mewujudkan penghormatan, pelindungan, dan pemenuhan hak asasi penyandang Disabilitas di Indonesia.
Dibuat di Bandung pada tanggal 31 maret 2010.
Naskah ditandatangani oleh seluruh peserta sebagaimana disebutkan di atas.
(Didi Tarsidi)
Blog ini memuat berita-berita tentang tunanetra atau yang terkait dengan ketunanetraan dan Pertuni.
Kamis, 01 April 2010
Minggu, 28 Maret 2010
Musda V Pertuni Daerah Jawa Tengah 27-28 Maret 2010
Musyawarah Daerah V Pertuni Daerah Jawa Tengah diselenggarakan di Wisma BLPT, Semarang, pada tanggal 27-28 Maret 2010. Musda dibuka secara resmi oleh Kepala Bagian Bina Sosial Propinsi Jawa Tengah mewakili Gubernur Jawa Tengah. Musda dihadiri oleh seluruh 20 Cabang Pertuni Daerah Jawa Tengah.
Hasil Musda meliputi:
`1. Laporan pertangungjawaban Ketua Pertuni Daerah Jawa Tengah masa bakti 2005-2010;
2. Program Kerja Pertuni Daerah Jawa Tengah masa bakti 2010-2015;
3. Pemilihan Ketua Dewan Pengurus Daerah dan Ketua Dewan Pertimbangan Daerah Pertuni Jawa Tengah masa bakti 2010-2015.
Terpilih sebagai Ketua DPD Pertuni Jateng masa bakti 2010-2015 adalah Suryandaru, S.h.
Terpilih sebagai Ketua Deperda Pertuni Jateng masa bakti 2010-2015 adalah Agung Rejeki Yuliastuti, S.Psi.
Hasil Musda meliputi:
`1. Laporan pertangungjawaban Ketua Pertuni Daerah Jawa Tengah masa bakti 2005-2010;
2. Program Kerja Pertuni Daerah Jawa Tengah masa bakti 2010-2015;
3. Pemilihan Ketua Dewan Pengurus Daerah dan Ketua Dewan Pertimbangan Daerah Pertuni Jawa Tengah masa bakti 2010-2015.
Terpilih sebagai Ketua DPD Pertuni Jateng masa bakti 2010-2015 adalah Suryandaru, S.h.
Terpilih sebagai Ketua Deperda Pertuni Jateng masa bakti 2010-2015 adalah Agung Rejeki Yuliastuti, S.Psi.
Senin, 22 Maret 2010
MARI JALAN SANTAI BERSAMA PERSATUAN ATLETIK SELURUH INDONESIA dan SPORTS STATION
MARI JALAN SANTAI BERSAMA PERSATUAN ATLETIK SELURUH INDONESIA dan SPORTS STATION
“GREAT WALK”
MINGGU 25 APRIL 2010, SILANG MONAS BARAT DAYA JAKARTA PUSAT
“ BEROLAHRAGA SAMBIL BERSOSIALISASI”
DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN INTERAKSI SOSIAL TUNANETRA DENGAN MASYARAKAT LUAS, SEKALIGUS SEBAGAI MEDIA KAMPANYE KEPEDULIAN MASYARAKAT TERHADAP TUNANETRA, PERTUNI MENGAJAK KALANGAN TUNANETRA BESERTA KELUARGA DAN KERABAT, UNTUK MENGIKUTI KEGIATAN JALAN SANTAI DALAM RANGKA “GREAT WALK”.
KEGIATAN DISELENGGARAKAN OLEH PENGURUS BESAR PERSATUAN ATLETIK SELURUH INDONESIA (PB PASI) DAN SPORTS STATION, DI SILANG MONAS BARAT DAYA JAKARTA PUSAT, MINGGU 25 APRIL 2010
RUTE: SILANG MONAS BARAT DAYA, BUNDARAN HI, KEMBALI KE SILANG MONAS (KURANG LEBIH 5 KM)
BIAYA PENDAFTARAN: RP.30.000 (tiga puluh ribu rupiah) termasuk FASILITAS KAOS DARI SPONSOR)
KEGIATAN DI ISI PULA DENGAN LOMBA LARI 5K, OLEH ATLET ELIT NASIONAL SERTA SEPEDA SANTAI, DENGAN TOTAL PESERTA 10 RIBU ORANG, YANG BERASAL DARI KALANGAN MASYARAKAT UMUM, PELAJAR/MAHASISWA, TOKOH PUBLIK, SELEBRITIS DAN KALANGAN TUNANETRA. DI SEMARAKAN OLEH KALANGAN SELEBRITIS ( D’MASIV, PADI, GEASHA, DAN KAWAN-KAWAN) SERTA KALANGAN TOKOH (HM. HASAN, GUBERNUR DKI JAKARTA DLL)
SEGERA DAFTARKAN DISEKRETARIAT DPP PERTUNI:
JL. RAYA BOGOR KM. 19 RUKO BLOK Q NO.13-L,RT.01 RW.04 KRAMAT JATI JAKARTA TIMUR PALING LAMBAT 19 APRIL 2010
KETERANGAN SELENGKAPNYA HUBUNGI:
DPP PERTUNI TELEPON 021 8005480
DPD PERTUNI DKI JAKARTA TELEPON 021 781 6419 ATAU
BAYU IWAN YULIANTO HP 0816 1322 647 ATAU 021 3737 4545
“GREAT WALK”
MINGGU 25 APRIL 2010, SILANG MONAS BARAT DAYA JAKARTA PUSAT
“ BEROLAHRAGA SAMBIL BERSOSIALISASI”
DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN INTERAKSI SOSIAL TUNANETRA DENGAN MASYARAKAT LUAS, SEKALIGUS SEBAGAI MEDIA KAMPANYE KEPEDULIAN MASYARAKAT TERHADAP TUNANETRA, PERTUNI MENGAJAK KALANGAN TUNANETRA BESERTA KELUARGA DAN KERABAT, UNTUK MENGIKUTI KEGIATAN JALAN SANTAI DALAM RANGKA “GREAT WALK”.
KEGIATAN DISELENGGARAKAN OLEH PENGURUS BESAR PERSATUAN ATLETIK SELURUH INDONESIA (PB PASI) DAN SPORTS STATION, DI SILANG MONAS BARAT DAYA JAKARTA PUSAT, MINGGU 25 APRIL 2010
RUTE: SILANG MONAS BARAT DAYA, BUNDARAN HI, KEMBALI KE SILANG MONAS (KURANG LEBIH 5 KM)
BIAYA PENDAFTARAN: RP.30.000 (tiga puluh ribu rupiah) termasuk FASILITAS KAOS DARI SPONSOR)
KEGIATAN DI ISI PULA DENGAN LOMBA LARI 5K, OLEH ATLET ELIT NASIONAL SERTA SEPEDA SANTAI, DENGAN TOTAL PESERTA 10 RIBU ORANG, YANG BERASAL DARI KALANGAN MASYARAKAT UMUM, PELAJAR/MAHASISWA, TOKOH PUBLIK, SELEBRITIS DAN KALANGAN TUNANETRA. DI SEMARAKAN OLEH KALANGAN SELEBRITIS ( D’MASIV, PADI, GEASHA, DAN KAWAN-KAWAN) SERTA KALANGAN TOKOH (HM. HASAN, GUBERNUR DKI JAKARTA DLL)
SEGERA DAFTARKAN DISEKRETARIAT DPP PERTUNI:
JL. RAYA BOGOR KM. 19 RUKO BLOK Q NO.13-L,RT.01 RW.04 KRAMAT JATI JAKARTA TIMUR PALING LAMBAT 19 APRIL 2010
KETERANGAN SELENGKAPNYA HUBUNGI:
DPP PERTUNI TELEPON 021 8005480
DPD PERTUNI DKI JAKARTA TELEPON 021 781 6419 ATAU
BAYU IWAN YULIANTO HP 0816 1322 647 ATAU 021 3737 4545
Sabtu, 13 Maret 2010
Damandiri Bantu Tunanetra Pelatihan Komputer Bicara
Suara Karya Online, Kamis, 11 Maret 2010
JAKARTA (Suara Karya): Komputer tidak hanya untuk mereka yang bermata tajam, tapi juga untuk orang-orang tunanetra. Dengan bantuan komputer, diharapkan
kita mampu untuk memberdayakan para tunanetra. Tentunya dengan komputer khusus, yakni komputer bicara. Demikian dikemukakan Ketua Umum Dewan Nasional
Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) Prof Haryono Suyono dalam sambutannya saat membuka pelatihan komputer bicara bagi tunanetra di gedung Dewan
Pers, Jakarta, Senin (8/3). Dikatakan lebih lanjut, pelatihan komputer bicara bagi para tunanetra itu bertujuan untuk memberdayakan diri. Dengan demikian,
mereka tidak ketinggalan dari orang-orang yang normal. "Agar para tunanetra tidak hanya bermanja-manja di panti asuhan saja," ujarnya. Karena itu, Haryono
selaku Ketua Umum DNIKS dan Yayasan Damandiri sangat menghargai upaya Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) yang memprakarsai pelatihan ini. Untuk itu,
pihak Damandiri memberikan bantuan 15 unit komputer bicara, yang bisa digunakan untuk pelatihan. Terkait dengan kegiatan tersebut, Ketua Umum Pertuni
Dr Didi Tarsidi mengemukakan, kegiatan ini merupakan bagian dari upaya para tunanetra mengakses teknologi sehingga menjadi tenaga kerja yang mempunyai
keterampilan. Dengan demikian, mereka dapat memperluas jaringan pekerjaan. Dalam keterbatasan pandang, katanya, tunanetra tidak terpaku vakum dalam kegelapan.
Melalui optimalisasi sisa indra yang masih berfungsi, tunanetra melakukan interaksi secara integral dalam menuju tatanan masyarakat. Dengan memainkan jemari
pada tombol keyboard komputer serta mengakses tampilan layar yang telah dikonversi dalam bentuk audio, mereka dapat berinteraksi dengan masyarakat lainnya.
Untuk itu, Pertuni merasa perlu menyelenggarakan pelatihan ini, agar para tunanetra tidak tertinggal dalam mengakses teknologi. Pelatihan itu sendiri
akan diselenggarakan secara bertahap dan berkesinambungan. Ini juga dimaksudkan untuk menciptakan insan-insan tunanetra yang berwawasan teknologi. Selain
itu, untuk meningkatkan kualitas sumber daya di kalangan tunanetra. "Sebab, ini merupakan kunci dalam mewujudkan kesejahteraan kehidupan tunanetra yang
lebih bermartabat," katanya. Dengan kualitas sumber daya yang optimal, memungkinkan untuk lebih memperluas jaringan dalam memperoleh lapangan pekerjaan.
Pelatihan yang diselenggarakan dalam rangka memperingati HUT ke-44 Pertuni dan Hari Braille ke-201 tersebut, pada tahap awal diperuntukkan bagi 30 orang
tunanetra. (Budi Seno)
JAKARTA (Suara Karya): Komputer tidak hanya untuk mereka yang bermata tajam, tapi juga untuk orang-orang tunanetra. Dengan bantuan komputer, diharapkan
kita mampu untuk memberdayakan para tunanetra. Tentunya dengan komputer khusus, yakni komputer bicara. Demikian dikemukakan Ketua Umum Dewan Nasional
Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) Prof Haryono Suyono dalam sambutannya saat membuka pelatihan komputer bicara bagi tunanetra di gedung Dewan
Pers, Jakarta, Senin (8/3). Dikatakan lebih lanjut, pelatihan komputer bicara bagi para tunanetra itu bertujuan untuk memberdayakan diri. Dengan demikian,
mereka tidak ketinggalan dari orang-orang yang normal. "Agar para tunanetra tidak hanya bermanja-manja di panti asuhan saja," ujarnya. Karena itu, Haryono
selaku Ketua Umum DNIKS dan Yayasan Damandiri sangat menghargai upaya Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) yang memprakarsai pelatihan ini. Untuk itu,
pihak Damandiri memberikan bantuan 15 unit komputer bicara, yang bisa digunakan untuk pelatihan. Terkait dengan kegiatan tersebut, Ketua Umum Pertuni
Dr Didi Tarsidi mengemukakan, kegiatan ini merupakan bagian dari upaya para tunanetra mengakses teknologi sehingga menjadi tenaga kerja yang mempunyai
keterampilan. Dengan demikian, mereka dapat memperluas jaringan pekerjaan. Dalam keterbatasan pandang, katanya, tunanetra tidak terpaku vakum dalam kegelapan.
Melalui optimalisasi sisa indra yang masih berfungsi, tunanetra melakukan interaksi secara integral dalam menuju tatanan masyarakat. Dengan memainkan jemari
pada tombol keyboard komputer serta mengakses tampilan layar yang telah dikonversi dalam bentuk audio, mereka dapat berinteraksi dengan masyarakat lainnya.
Untuk itu, Pertuni merasa perlu menyelenggarakan pelatihan ini, agar para tunanetra tidak tertinggal dalam mengakses teknologi. Pelatihan itu sendiri
akan diselenggarakan secara bertahap dan berkesinambungan. Ini juga dimaksudkan untuk menciptakan insan-insan tunanetra yang berwawasan teknologi. Selain
itu, untuk meningkatkan kualitas sumber daya di kalangan tunanetra. "Sebab, ini merupakan kunci dalam mewujudkan kesejahteraan kehidupan tunanetra yang
lebih bermartabat," katanya. Dengan kualitas sumber daya yang optimal, memungkinkan untuk lebih memperluas jaringan dalam memperoleh lapangan pekerjaan.
Pelatihan yang diselenggarakan dalam rangka memperingati HUT ke-44 Pertuni dan Hari Braille ke-201 tersebut, pada tahap awal diperuntukkan bagi 30 orang
tunanetra. (Budi Seno)
TEKNOLOGI MEMBUAT TUNANETRA SEPERTI ORANG NORMAL
Sinar Harapan, Senin 08 Maret 2010
Jakarta,Ketua Umum Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Didi Tarsidi, mengatakan kemajuan teknologi telah membuat tunanetra bisa mengakses informasi
seperti layaknya orang normal.
"Tunanetra kini bukan saja mudah bekerja dengan komputer, tetapi juga mudah mengakses internet, yang membuka pintu ke dunia luar," kata Didi pada Pembukaan
Pelatihan Komputer Bicara untuk Tunanetra dalam rangka HUT Pertuni ke-44 dan Hari Braille se-Dunia ke-201, di Jakarta, Senin.
Ia menyatakan penghargaannya kepada Louis Braille yang menciptakan abjad timbul bagi tunanetra sehingga tunanetra pun bisa membaca dan memperoleh ilmu
pengetahuan meski buta.
Namun demikian meskipun huruf-huruf Braille tidak pernah ketinggalan zaman, huruf Braille tetap mempunyai keterbatasan, sehingga tetap dibutuhkan teknologi
yang lebih maju, ujar pria yang juga tunanetra ini.
Keterbatasan abjad Braille, ujarnya, hanya bisa menggambarkan 63 kombinasi titik dan karena harus timbul maka buku Braille harus dicetak khusus, tebal
dan berat dengan biaya yang sangat tinggi.
Selain itu, lanjut dia, Braille tidak komunikatif, karena hanya digunakan oleh kalangan tunanetra (eksklusif) sehingga tak bisa mengakses atau diakses
oleh dunia awam.
Dikatakannya, tunanetra saat ini bisa menggunakan program JAWS (Job Access With Speech) for Windows, suatu perangkat lunak yang memindahkan bahasa teks
di layar komputer ke bahasa suara.
Didi kemudian menyerahkannya kepada seorang programer tunanetra Aris Yohannes untuk memberi contoh kemampuan tersebut, namun berhubung koneksi internet
sedang tidak bagus, program tersebut tidak dapat dipraktekkan.
Sementara itu, Ketua Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) Prof Dr Hayono Suyono yang juga Penasihat Persatuan Penyandang Cacat Indonesia
(PPCI) mengatakan komputer bicara bisa mempercepat komunikasi antar organisasi tunanetra sehingga meningkatkan pemberdayaannya.
"Sekarang tunanetra bukan saja bisa menggali pengetahuan luas dari internet, tetapi juga bisa menyampaikan pendapatnya ke media massa atau ke masyarakat
melalui internet, melalui facebook, twitter dan jaringan komunitas lainnya," katanya.
Ia juga mengatakan, bahwa di masa kini pola pemberdayaan tunanetra sudah berubah, di mana sebelumnya mereka dimasukkan dalam panti-panti dan dilayani serta
diberi fasilitas khusus yang tidak menjadikan penyandang cacat mandiri.
Sekarang, lanjut dia, polanya lebih mendorong penyandang cacat inklusif, diperlakukan dan memiliki hak sama di sekolah-sekolah termasuk perguruan tinggi
dan akses ke tempat kerja, termasuk di tempat-tempat umum.
"Sehingga di tempat-tempat umum dibuatkan jalan dan tangga yang bisa digunakan untuk penyandang cacat, atau WC khusus dan sarana lain. Meski sarana untuk
penyandang cacat di Indonesia masih belum seperti di luar negeri," katanya.
Untuk memberdayakan tunanetra, Pertuni menyelenggarakan pelatihan komputer bicara secara bertahap di seluruh Indonesia, diawali pelatihan bagi 30 tunanetra
di wilayah Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat selama 10 hari.
Mereka akan dilatih memainkan jari di keyboard, mengakses tampilan layar yang telah dikonversi ke bentuk suara, "browsing" internet, mengirim dan menerima
email, hingga "chatting".
"Melalui optimalisasi sisa indra yang masih berfungsi tunanetra diharapkan bisa berinteraksi secara integral dalam tatanan masyarakat yang inklusif," kata
Didi. (ant)
Jakarta,Ketua Umum Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Didi Tarsidi, mengatakan kemajuan teknologi telah membuat tunanetra bisa mengakses informasi
seperti layaknya orang normal.
"Tunanetra kini bukan saja mudah bekerja dengan komputer, tetapi juga mudah mengakses internet, yang membuka pintu ke dunia luar," kata Didi pada Pembukaan
Pelatihan Komputer Bicara untuk Tunanetra dalam rangka HUT Pertuni ke-44 dan Hari Braille se-Dunia ke-201, di Jakarta, Senin.
Ia menyatakan penghargaannya kepada Louis Braille yang menciptakan abjad timbul bagi tunanetra sehingga tunanetra pun bisa membaca dan memperoleh ilmu
pengetahuan meski buta.
Namun demikian meskipun huruf-huruf Braille tidak pernah ketinggalan zaman, huruf Braille tetap mempunyai keterbatasan, sehingga tetap dibutuhkan teknologi
yang lebih maju, ujar pria yang juga tunanetra ini.
Keterbatasan abjad Braille, ujarnya, hanya bisa menggambarkan 63 kombinasi titik dan karena harus timbul maka buku Braille harus dicetak khusus, tebal
dan berat dengan biaya yang sangat tinggi.
Selain itu, lanjut dia, Braille tidak komunikatif, karena hanya digunakan oleh kalangan tunanetra (eksklusif) sehingga tak bisa mengakses atau diakses
oleh dunia awam.
Dikatakannya, tunanetra saat ini bisa menggunakan program JAWS (Job Access With Speech) for Windows, suatu perangkat lunak yang memindahkan bahasa teks
di layar komputer ke bahasa suara.
Didi kemudian menyerahkannya kepada seorang programer tunanetra Aris Yohannes untuk memberi contoh kemampuan tersebut, namun berhubung koneksi internet
sedang tidak bagus, program tersebut tidak dapat dipraktekkan.
Sementara itu, Ketua Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) Prof Dr Hayono Suyono yang juga Penasihat Persatuan Penyandang Cacat Indonesia
(PPCI) mengatakan komputer bicara bisa mempercepat komunikasi antar organisasi tunanetra sehingga meningkatkan pemberdayaannya.
"Sekarang tunanetra bukan saja bisa menggali pengetahuan luas dari internet, tetapi juga bisa menyampaikan pendapatnya ke media massa atau ke masyarakat
melalui internet, melalui facebook, twitter dan jaringan komunitas lainnya," katanya.
Ia juga mengatakan, bahwa di masa kini pola pemberdayaan tunanetra sudah berubah, di mana sebelumnya mereka dimasukkan dalam panti-panti dan dilayani serta
diberi fasilitas khusus yang tidak menjadikan penyandang cacat mandiri.
Sekarang, lanjut dia, polanya lebih mendorong penyandang cacat inklusif, diperlakukan dan memiliki hak sama di sekolah-sekolah termasuk perguruan tinggi
dan akses ke tempat kerja, termasuk di tempat-tempat umum.
"Sehingga di tempat-tempat umum dibuatkan jalan dan tangga yang bisa digunakan untuk penyandang cacat, atau WC khusus dan sarana lain. Meski sarana untuk
penyandang cacat di Indonesia masih belum seperti di luar negeri," katanya.
Untuk memberdayakan tunanetra, Pertuni menyelenggarakan pelatihan komputer bicara secara bertahap di seluruh Indonesia, diawali pelatihan bagi 30 tunanetra
di wilayah Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat selama 10 hari.
Mereka akan dilatih memainkan jari di keyboard, mengakses tampilan layar yang telah dikonversi ke bentuk suara, "browsing" internet, mengirim dan menerima
email, hingga "chatting".
"Melalui optimalisasi sisa indra yang masih berfungsi tunanetra diharapkan bisa berinteraksi secara integral dalam tatanan masyarakat yang inklusif," kata
Didi. (ant)
Pelatihan Komputer untuk Tuna Netra Digelar
Laporan wartawan KOMPAS.com Caroline Damanik
Senin, 8 Maret 2010 | 11:01 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Siapa bilang tuna netra tidak bisa mengoperasikan komputer? Keterbatasan fisik mereka tidak menghalangi cita-cita yang menggebu untuk
maju seiring perkembangan zaman.
DPP Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) menggelar pelatihan komputer bicara untuk para tuna netra. Sekjend Pertuni Bayu Yulianto mengatakan pelatihan
ini bertujuan memberdayakan para tunanetra di Indonesia.
Para tunanetra tak boleh ketinggalan dalam kemajuan teknologi informasi yang makin pesat. "Komputer sudah jadi kebutuhan. Kalau tuna netra terpaku, mereka
akan ketinggalan. Dengan menguasai komputer, mereka dapat menguasai potensi mereka," tuturnya kepada Kompas.com sebelum acara pembukaan pelatihan dimulai
di Gedung Dewan Pers, Senin (8/3/2010).
Rencananya, pelatihan akan digelar dalam dua tahap. Tahap pertama direncanakan berlangsung lima hari dan akan diikuti 30 peserta dari wilayah DKI Jakarta,
Banten dan Jawa Barat. Setelah pelatihan, Bayu mengharapkan rekan-rekan tuna netra mendapat akses yang lebih luas terhadap lapangan kerja.
Maniso (33), salah satu pengurus DPD Pertuni DKI Jakarta merasa beruntung diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan ini. Melalui pelatihan ini, Maniso
berharap makin mengetahui komputer yang selama ini lazim dipakai oleh orang dengan fisik yang normal.
"Paling tidak, bahwa tunanetra itu di era sekarang tidak ketinggalan. Walau tuna netra punya keterbatasan, ternyata bisa punya akses teknologi seperti biasa,
main internet atau paling tidak bisa bikin surat sendiri," tuturnya.
Warga Kemanggisan ini mengaku dirinya sendiri masih minim pengalaman dengan komputer. Sebatas mengetik secara manual untuk membuat surat. Oleh karena itu,
pria yang sehari-hari berprofesi sebagai tukang pijat dan penjual kerupuk keliling ini dan rekan-rekannya memberikan respon yang sangat baik.
Awalnya, Maniso mengaku bingung bagaimana memanfaatkan komputer karena mereka sendiri tidak bisa melihat tulisan dan membacanya. Lantas, bagaimana pelatihan
komputer untuk para tuna netra ini?
Senin, 8 Maret 2010 | 11:01 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Siapa bilang tuna netra tidak bisa mengoperasikan komputer? Keterbatasan fisik mereka tidak menghalangi cita-cita yang menggebu untuk
maju seiring perkembangan zaman.
DPP Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) menggelar pelatihan komputer bicara untuk para tuna netra. Sekjend Pertuni Bayu Yulianto mengatakan pelatihan
ini bertujuan memberdayakan para tunanetra di Indonesia.
Para tunanetra tak boleh ketinggalan dalam kemajuan teknologi informasi yang makin pesat. "Komputer sudah jadi kebutuhan. Kalau tuna netra terpaku, mereka
akan ketinggalan. Dengan menguasai komputer, mereka dapat menguasai potensi mereka," tuturnya kepada Kompas.com sebelum acara pembukaan pelatihan dimulai
di Gedung Dewan Pers, Senin (8/3/2010).
Rencananya, pelatihan akan digelar dalam dua tahap. Tahap pertama direncanakan berlangsung lima hari dan akan diikuti 30 peserta dari wilayah DKI Jakarta,
Banten dan Jawa Barat. Setelah pelatihan, Bayu mengharapkan rekan-rekan tuna netra mendapat akses yang lebih luas terhadap lapangan kerja.
Maniso (33), salah satu pengurus DPD Pertuni DKI Jakarta merasa beruntung diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan ini. Melalui pelatihan ini, Maniso
berharap makin mengetahui komputer yang selama ini lazim dipakai oleh orang dengan fisik yang normal.
"Paling tidak, bahwa tunanetra itu di era sekarang tidak ketinggalan. Walau tuna netra punya keterbatasan, ternyata bisa punya akses teknologi seperti biasa,
main internet atau paling tidak bisa bikin surat sendiri," tuturnya.
Warga Kemanggisan ini mengaku dirinya sendiri masih minim pengalaman dengan komputer. Sebatas mengetik secara manual untuk membuat surat. Oleh karena itu,
pria yang sehari-hari berprofesi sebagai tukang pijat dan penjual kerupuk keliling ini dan rekan-rekannya memberikan respon yang sangat baik.
Awalnya, Maniso mengaku bingung bagaimana memanfaatkan komputer karena mereka sendiri tidak bisa melihat tulisan dan membacanya. Lantas, bagaimana pelatihan
komputer untuk para tuna netra ini?
Sabtu, 13 Februari 2010
Lomba Mengarang Esei Braille Onkyo 2010
Lomba Mengarang Esei Braille Onkyo 2010
Proyek disponsori oleh the Onkyo Corporation Ltd. Dan The Braille Mainichi Newspaper bekerjasama dengan World Blind Union Asia-Pacific dan Pertuni)
1. Tujuan
1.1 Meningkatkan melek huruf Braille dan memupuk kebiasaan membaca/menulis di kalangan para tunanetra di wilayah Asia-Pasifik.
1.2 Meningkatkan interaksi sosial budaya di kalangan para tunanetra di wilayah Asia-Pasifik melalui tulisan.
1.3 Mendorong para tunanetra memanfaatkan potensinya dalam bidang tulis-menulis sebagai sumber pendapatan.
1.4 Mendorong para tunanetra untuk berperan aktif dalam mengubah makna ketunanetraan melalui tulisan.
2. Topik-topik Karangan (pilih salah satu):
2.1 Kegunaan praktis Braille dalam kehidupan saya sehari-hari
2.2 Bagaimana Braille dan buku-buku audio telah membantu mengintegrasikan saya dalam kehidupan di masyarakat
2.3 Bagaimana Braille dapat membantu seorang tunanetra menjadi musisi yang sukses
3. Persyaratan:
Partisipasi dalam lomba mengarang esei ini terbuka bagi semua orang tunanetra usia 14 tahun ke atas di wilayah Asia-Pasifik (Kecuali mereka yang berasal dari Jepang atau pernah memenangkan hadiah Atsuki) dengan persyaratan sebagai berikut.
3.1 Format Karangan:
3.1.1. Karangan ditulis dalam bentuk esei dalam bahasa Indonesia dengan tulisan Braille menggunakan reglet atau mesin tik Braille (tidak boleh menggunakan komputer).
3.1.2. Panjang karangan antara 750 hingga 1000 kata. Karangan yang terlalu pendek atau terlalu panjang akan didiskualifikasi.
3.2 Karangan harus original dan setiap peserta hanya diperbolehkan mengirimkan satu karangan.
3.3. Karangan dikirimkan kepada:
Panitia Seleksi Onkyo Nasional, DPP Pertuni, Jl. Raya Bogor km.19, Ruko Blok Q No. 13-L, Kramat Jati, Jakarta Timur 13510.
3.4. Karangan harus sudah diterima di DPP Pertuni selambat-lambatnya tanggal 30 April 2010.
3.5 Karangan harus dilengkapi dengan informasi sebagai berikut:
a) Nama lengkap
b) Umur
c) Jenis kelamin
d) Telepon, fax dan email
e) Status pekerjaan (siswa, ibu rumah tangga, dll.)
f) Nama, alamat dan e-mail organisasi atau lembaga di mana anda aktif
g) Lampirkan pasfoto dan fotokopi KTP atau kartu pelajar/mahasiswa atau kartu anggota organisasi
3.5 Lomba ini terbuka bagi dua kelompok usia:
Kelompok A: Tunanetra usia 14-25 tahun
Kelompok B: Tunanetra usia 26 tahun atau lebih.
3.6. Panitia Seleksi Onkyo Nasional akan memilih lima karangan terbaik untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan dikirimkan ke Panitia Seleksi Onkyo Asia-Pasifik untuk diperlombakan ditingkat Asia-Pasifik.
4. Pengumuman dan Hadiah:
Panitia Seleksi Onkyo Asia-Pasifik akan menentukan tujuh orang pemenang dari kedua kelompok usia.
Pemenang lomba ini akan diumumkan pada awal bulan Nopember 2010.
Hadiah terdiri dari:
4.1. Otsuki Prize: seribu US Dollar dan sebuah trofi diberikan kepada seorang juara umum di antara kedua kelompok usia.
4.2. Excellent Works: lima ratus US dollar dan sebuah trofi. Dua hadiah akan diberikan, masing-masing satu kepada masing-masing kelompok usia.
4.3. Fine Works: dua ratus US dollar. Empat hadiah akan diberikan, masing-masing dua hadiah untuk masing-masing kelompok usia.
5. Hak Cipta (Copyright)
Esei pemenang akan menjadi hak The Onkyo Corporation Ltd. Dan the Braille Mainichi Newspaper, dan mereka berhak mempublikasikannya dengan cara yang mereka kehendaki.
Selamat berlomba!
DR. Didi Tarsidi, Ketua Umum Pertuni
Proyek disponsori oleh the Onkyo Corporation Ltd. Dan The Braille Mainichi Newspaper bekerjasama dengan World Blind Union Asia-Pacific dan Pertuni)
1. Tujuan
1.1 Meningkatkan melek huruf Braille dan memupuk kebiasaan membaca/menulis di kalangan para tunanetra di wilayah Asia-Pasifik.
1.2 Meningkatkan interaksi sosial budaya di kalangan para tunanetra di wilayah Asia-Pasifik melalui tulisan.
1.3 Mendorong para tunanetra memanfaatkan potensinya dalam bidang tulis-menulis sebagai sumber pendapatan.
1.4 Mendorong para tunanetra untuk berperan aktif dalam mengubah makna ketunanetraan melalui tulisan.
2. Topik-topik Karangan (pilih salah satu):
2.1 Kegunaan praktis Braille dalam kehidupan saya sehari-hari
2.2 Bagaimana Braille dan buku-buku audio telah membantu mengintegrasikan saya dalam kehidupan di masyarakat
2.3 Bagaimana Braille dapat membantu seorang tunanetra menjadi musisi yang sukses
3. Persyaratan:
Partisipasi dalam lomba mengarang esei ini terbuka bagi semua orang tunanetra usia 14 tahun ke atas di wilayah Asia-Pasifik (Kecuali mereka yang berasal dari Jepang atau pernah memenangkan hadiah Atsuki) dengan persyaratan sebagai berikut.
3.1 Format Karangan:
3.1.1. Karangan ditulis dalam bentuk esei dalam bahasa Indonesia dengan tulisan Braille menggunakan reglet atau mesin tik Braille (tidak boleh menggunakan komputer).
3.1.2. Panjang karangan antara 750 hingga 1000 kata. Karangan yang terlalu pendek atau terlalu panjang akan didiskualifikasi.
3.2 Karangan harus original dan setiap peserta hanya diperbolehkan mengirimkan satu karangan.
3.3. Karangan dikirimkan kepada:
Panitia Seleksi Onkyo Nasional, DPP Pertuni, Jl. Raya Bogor km.19, Ruko Blok Q No. 13-L, Kramat Jati, Jakarta Timur 13510.
3.4. Karangan harus sudah diterima di DPP Pertuni selambat-lambatnya tanggal 30 April 2010.
3.5 Karangan harus dilengkapi dengan informasi sebagai berikut:
a) Nama lengkap
b) Umur
c) Jenis kelamin
d) Telepon, fax dan email
e) Status pekerjaan (siswa, ibu rumah tangga, dll.)
f) Nama, alamat dan e-mail organisasi atau lembaga di mana anda aktif
g) Lampirkan pasfoto dan fotokopi KTP atau kartu pelajar/mahasiswa atau kartu anggota organisasi
3.5 Lomba ini terbuka bagi dua kelompok usia:
Kelompok A: Tunanetra usia 14-25 tahun
Kelompok B: Tunanetra usia 26 tahun atau lebih.
3.6. Panitia Seleksi Onkyo Nasional akan memilih lima karangan terbaik untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan dikirimkan ke Panitia Seleksi Onkyo Asia-Pasifik untuk diperlombakan ditingkat Asia-Pasifik.
4. Pengumuman dan Hadiah:
Panitia Seleksi Onkyo Asia-Pasifik akan menentukan tujuh orang pemenang dari kedua kelompok usia.
Pemenang lomba ini akan diumumkan pada awal bulan Nopember 2010.
Hadiah terdiri dari:
4.1. Otsuki Prize: seribu US Dollar dan sebuah trofi diberikan kepada seorang juara umum di antara kedua kelompok usia.
4.2. Excellent Works: lima ratus US dollar dan sebuah trofi. Dua hadiah akan diberikan, masing-masing satu kepada masing-masing kelompok usia.
4.3. Fine Works: dua ratus US dollar. Empat hadiah akan diberikan, masing-masing dua hadiah untuk masing-masing kelompok usia.
5. Hak Cipta (Copyright)
Esei pemenang akan menjadi hak The Onkyo Corporation Ltd. Dan the Braille Mainichi Newspaper, dan mereka berhak mempublikasikannya dengan cara yang mereka kehendaki.
Selamat berlomba!
DR. Didi Tarsidi, Ketua Umum Pertuni
Langganan:
Postingan (Atom)