Kamis, 25 Desember 2008

Tunanetra Jakarta Butuh Alquran Braile

Republika, 29 Nopember 2007

Lantunan ayat-ayat suci Alquran yang dibawakan Sapto Waluyo (26 tahun) menggema di ruang pertemuan SLB Lebak Bulus
Jakarta Selatan Selasa (27/11) siang lalu. Kekurangsempurnaan panca indranya, sama sekali tak membuat mahasiswa semester delapan Fakultas Ushuluddin Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini patah semangat untuk mempelajari kalam ilahi.

Pemahamannya yang baik di bidang Ilmu tajwid, melengkapi suaranya yang indah dan jelas saat dia mengaji. Banyak wartawan dan staf BP ZIS (Badan Pengelola
Zakat, Infak dan Sedekah) Bank Mandiri merasa haru mendengar suara emas Sapto Waluyo. Suaranya pun sangat indah dan jelas membaca hurup demi hurup dari
Alquran Braile. Dia yang cacat saja, begitu indah bacaanya. Bagaimana dengan kita yang sempurna seluruh panca indra,'' tandas seorang wartawan haru.

Menurut Bayu Iwan Yulianto, ketua Pertuni (Persatuan Tunanetra Indonesia) DKI Jakarta, saat ini tidak sedikit tunanetra yang membutuhkan kitab suci Alquran
Braile. ''Menurut catatan tahun 2003 jumlah tunanetra yang terdaftar di Pertuni Jakarta sebanyak 4.000 orang lebih. Sedangkan Alquran Braile yang baru
dimiliki sebanyak 500 set,'' ujar Bayu kepada Republika.

Bahkan dalam catatan Yogi Madsuni, ketua I Pertuni DKI Jakarta, saat ini jumlah tunanetra yang ada di wilayah Jakarta tak kurang dari 7.000 orang. ''Kalau
Alquran Braile yang baru dimiliki oleh lembaga maupun perorangan baru sebanyak 500 set, maka Alquran Braile yang dibutuhkan masih sangat banyak. Inilah
perlunya kami mendapatkan uluran tangan seperti yang dilakukan BP ZIS Bank Mandiri hari ini,'' tegas Yogi penuh harap.

Baik Bayu maupun Yogi sepakat, kebutuhan terhadap Alquran Braile di Jakarta masih cukup besar. ''Dan harus diakui hingga kini karena alasan percetakan dan
sebagainya, harga per unit Alquran Braile cukup mahal, ada yang harganya Rp 800 ribu, Rp 1, 2 juta ada juga yang harganya sampai Rp 1,5 juta. Jadi, bagi
kami yang tunanetra, harga Alquran Braile masih sangat mahal,'' kata Bayu.

Direktur BP ZIS Bank Mandiri, Taufik Hidayat menjelaskan, lembaganya sangat komitmen untuk membantu para tunanetra lebih mendalami kitab suci Alquran Braile.
Kepedulian pihaknya terhadap tunanetra dengan membantu menyediakan Alquran Braile sudah dilaunching dua tahun lalu. Waktu itu pihaknya sempat undang Ustadz
Yusuf Mansur untuk mengadakan taushiyah sekalian menyerahkan bantuan kitab suci Alquran Braile yang waktu itu terkumpul bantuan sebesar Rp 26 juta yang
kami serahkan ke lembaga tunanetra di Cipondoh Tangerang.

''Hari ini yang bisa kami serahkan 10 set Alquran plus biaya untuk pelatihan mengenal hurup Alquran Braile. Total hingga saat ini sudah 60 Alquran Braile
yang kami sumbangkan kepada para tunanetra,'' ungkap Taufik Hidayat. Menurut Taufik, pihaknya sengaja memberikan bantuan tidak seluruhnya dalam bentuk
Alquran Braile tapi untuk membantu pelatihan mengenal aksara Alquran Braile. ''Yang normal saja susah membaca Alquran, apalagi dengan menggunakan hurup
Braile. Tentu harus ada upaya dari berbagai pihak agar para tunanetra yang belum bisa membaca Alquran, mendapat pelatihan sehingga bisa membaca Alquran
Braile,'' jelasnya.

Perbedaan yang sangat mencolok antara Alquran biasa dengan Alquran Braile, jika Alquran biasa 30 juz tebalnya paling satu buku, jadi tebalnya tidak seberapa
bahkan sekarang banyak yang sudah dimodifikasi kecil-kecil sehingga lebih praktis, maka Alquran Braile tidak bisa dimodifikasi seperti itu. Untuk setiap
satu juz Alquran Braile bisa jadi satu buku. ''Jadi 30 juz 30 buku. ini yang membuat harga Alquran Braile menjadi lebih mahal ketimbang harga Alquran biasa,''
ujarnya.

Diakuinya, selama ini bantuan dari lembaga semisal BP ZIS Bank Mandiri belum terlalu banyak. ''Makanya kami sangat berterima kasih kepada BP ZIS Bank Mandiri
yang sudah peduli terhadap kehidupan para tunanetra. Terus terang, jarang-jarang ada lembaga yang konsen seperti ini. Kita juga pernah menerima bantuan
dari Departemen Agama sebanyak 27 set yang alhamdulillah sudah kita bagikan kepada teman-teman tunanetra di berbagai wilayah Jakarta.''

Yang menjadi kendala bagi para tunanerta di ibu kota, sambung Bayu, setelah sejumlah Alquran Braile tersebar yang merupakan sumbangan dari berbagai pihak
baik perorangan maupun lembaga. Yang tidak kalah penting untuk dilakukan adalah pengentasan buta aksara Alquran Braile.

Penulis: N. Damanhuri Zuhri

1 komentar:

  1. Asswrwb,
    Saya merasa sangat prihatin dan sulit membayangkan jadi berapa buku jika Al Qur'an Braille tsb dibuatkan tafsirnya sekaligus ya ? Padahal, selain bacaan Al Qur'an kita juga perlu membaca tafsirnya agar lebih nyaman dalam mencoba meresapi dan mengamalkan firman Allah SWT.

    Terima kasih Bp.N.Damanhuri Zuhri, yang telah memberikan informasi tsb di atas. INSYAALLAH, jika tabungan saya cukup, niat saya bisa kesampaian untuk turut menyumbang Al Qur'an Braille kepada saudara2 kita para tunanetra. INSYAALLAH barokah, aamiin.

    sylvia diani

    BalasHapus